Home Kisah Duduklah di Tempat yang Ditetapkan
Mari bersyukur dan menerima

Duduklah di Tempat yang Ditetapkan

by Mas Imam

Waktu itu saya perjalanan Jakarta-Tarakan dan transit di Balikpapan. Ketika sudah lapor ke bandara, saya pun ke ruang tunggu lalu panggilan naik ke pesawat disampaikan. Ketika saya telah duduk, tidak lama datang seorang ibu-ibu dan langsung duduk di kursi dekat jendela.

Awalnya tak ada apa-apa, karena dugaanku memang itu tempat duduk sang ibu itu sendiri. Tetapi, jelang penumpang kian berangsur sepi, tidak lama datang seorang bapak-bapak.

Baca Juga: Jangan Sampai Cepat Pikun

“Mbak, apakah itu tempat duduk Anda?” tanyanya dengan intonasi tampak sedikit terganggu.

Sang ibu itu pun langsung bergeser ke tengah sembari mengatakan, “Oh, iya, iya, maaf ya.”

Terlihat ibu itu gelisah duduk di tengah. Entah apa yang berkecamuk di dalam pikirannya. Terlihat semakin jarum jam berdetak, ia terus gelisah. Lehernya terus diangkat ke atas dan matanya memantau kondisi di depan.

Awalnya saya tidak paham apa maksud sang ibu. Ternyata, begitu pintu pesawat di tutup, seketika ibu itu permisi kepadaku dan berpindah ke barisan tempat duduk A, B, C yang terlihat ada kosong.

Hikmah

Peristiwa ini sebenarnya biasa saja. Boleh jadi banyak orang melihat pemandangan ini, tetapi ada sebuah hikmah yang bisa kita ambil.

Dusuk juga soal akhlak

Dusuk juga soal akhlak

Pertama, gunakanlah hak yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya. Jika memang diberi nomor kursi maka duduklah di tempat itu. Jangan lagi berpikir bahwa tempat duduk orang lain lebih enak dan sangat bagus kalau diri kita duduk di tempat yang sebenarnya adalah hak orang lain.

Kedua, kegelisahan akan hadir pada pikiran dan hati manusia kala diri secara langsung sadar bahwa tindakannya salah.

Ketiga, langkah terbaik setelah sebuah kesalahan terjadi ialah memperbaiki diri. Tetapi, itu tidak kutemukan pada orang yang kukisahkan ini.

Di sinilah, kepekaan, pikiran dan perasaan mesti digunakan dengan sebaik-baiknya. Jika tidak, maka diri akan terus tergoda untuk selalu melihat yang bukan milik yang bukan hak diri sebagai hal yang menarik untuk ditempati, dimiliki atau apapun.

Pentingnya Akhlak

Dalam buku Pribadi Hebat, Buya Hamka menuliskan, “Orang yang berilmu saja -walaupun ia sangat ahli dalam satu bidang- belum tentu berharga dan belum tentu memperoleh kekayaan dalam hidup apabila sekiranya bahan pribadinya yang lain tidak lengkap atau tidak kuat, terutama budi dan akhlak.”

Fenomena yang kukisahkan adalah fenomena biasa, tapi itu adalah buah dari iman, pikiran, dan rasa yang membentuk kepribadian.

Baca Juga: Buku yang Kian Dijauhi

Oleh karena itu, standar Rasulullah SAw dalam menilai seseorang bukan pada amal ibadah dan sedekahnya belaka, tetapi juga akhlaknya.

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR Bukhari).

Dari kisah ini, semoga kita dapat terus belajar dari kejadian di sekitar kita bahkan mungkin di depan mata kita. Sebab itu adalah hal yang dapat membuat kita banyak mendapat pelajaran, hikmah dan langkah perbaikan diri serta akhlak.*

Mas Imam Nawawi_Perenung Kejadian

Related Posts

Leave a Comment