Home Kisah Dua Keluhan
Dua Keluhan

Dua Keluhan

by Imam Nawawi

Tepat menjelang sholat Isya, seorang junior datang menghampiriku dan langsung menyampaikan keluhan. Kemudian esoknya, tepat sebelum Dhuhur, seorang junior juga datang meallui pesan singkat, sama, menyampaikan keluhan. Jadi ada dua keluhan saya dengarkan.

Keluhan pertama bahwa dirinya mengaku sulit untuk bisa menuntaskan sebuah tema tulisan. Cenderung selalu ingin kembali ke media sosial, lagi dan lagi. Akhirnya lelah dan tulisan dibiarkan, terbengkalai. Begitu setiap hari, berulang.

Baca Juga: Menjauh dari Gaduh

Keluhan kedua, bukan tentang dirinya, tetapi mengapa orang yang menjadi pemimpin tidak cakap dalam memimpin. Tentu saja itu sesuai versi dari pengetahuan, perasaan dan mungkin juga gap idealitas yang ada dalam kepalanya.

Keterangan Alquran

Manusia memang makhluk yang mampu berpikir, tetapi tidak otomatis setgiap manusia mampu mengenali jiwanya dengan baik.

Bukti Alquran adalah wahyu adalah adanya tema-tema tentang manusia yang menjelaskan siapa manusia sesungguhnya.

Satu hal yang pasti ada dalam diri manusia adalah keluh kesah.

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir.” (QS Al-Ma’aarij [70]: 19-22).

Artinya manusia memang punya tabiat suka berkeluh kesah dan rakus. Keburukan selalu menjadi alasan untuk mengeluh dan bersedih.

Kebaikan dan kindahan membuat manusia senang lalu menjadi kikir, menolak untuk berbagi dan memberi.

Akan tetapi sifat itu akan bisa terkendali jika manusia mau mendirikan sholat, tidak terobesesi oleh harta dan dunia dengan niat yang salah, masih ingin mendapatkan keridhoan Allah Ta’ala.

Perbaikan

Menghadapi dua keluhan itu saya sampaikan kepada masing-masing perlunya kebaikan.

Kepada yang gagal menyelesaikan tulisan saya sampaikan bahwa belum ada tekad kuat. Mudah sekali tergoda untuk menunda, menghindar bahkan mengabaikan.

Kalau mau mengikuti alasan, maka itu akan selalu tampak rasional.. Meskipun itu hati kecilnya berkata, memang niat tidak kuat.

Kepada keluhan kedua saya sampaikan bahwa kalau kita tidak puas dengan kepemimpinan seseorang cara paling baik adalah menyiapkan diri untuk memimpin.

Baca Lagi: Bincang di Radio MSK

Artinya ambil peran, ambil tanggungjawab, jangan banyak bicara, tapi banyak berpikir-dzikir, lalu banyak berkarya. Hidup bukan untuk mengoreksi kekurangan orang lain. Tetapi bagaimana diri mampu menghadirkan solusi bagi sesama.

Jika sehari-hari yang kita pikirkan adalah gap antara realitas dan idealitas, tetapi tidak ada langkah untuk mencicil solusi, maka itu sama dengan kita akan jadi tukang kritik.

Bagus kalau tukang bangunan, setiap hari ia menambahkan kemajuan dalam pembangunan. Kalau tukang kritik, maka ia hanya akan pandai menyampaikan kritik, tetapi bukan solusi.

Hidup adalah pilihan, maka silakah mengambil, mau terus mengeluh atau berkarya sungguh-sungguh. Yang pasti, waktu akan terus berlalu dan nilai manusia adalah apa yang ia jejakkan untuk generasi mendatang.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment