Sinar mentari belum sempurna menghangatkan bumi. Tetapi hapeku berkali-kali bergetar, tanda ada pesan masuk. Setelah dicek, ternyata memang sudah ada informasi bahwa diskusi siap dimulai. Tapi ada kendala, kata panitia.
“Afwan, Ustadz… sebab satu dan lain hal kami tidak memakai zoom premium. Jadi waktu hanya 40 menit. Mungkin sesi pertama kuran glebih 30 menit. Nanti ketika zoom mati kami buat lagi dan kirim link baru untuk tanya jawab,” tulis Aden dari Polewali Mandar.
Baca Juga: Menikmati Proses Perubahan
Membaca pesan itu, saya tersenyum dan langsung mengirimkan nomer kontak kolega saya, Ainuddiin. “Silakan kontak nomer tersebut, sampaikan mohon izi pakai zoom Pemuda Hidayatullah.” Secepat kilat, semua seakan tiba-tiba terkondisi dengan baik. Dan, acara siap dimulai.
Hikmah
Dari kejadian di atas kita dapat ambil hikmah, beberapa di antaranya adalah sebagaimana berikut.
Pertama, pertolongan Allah. Mungkin soal zoom gratisan itu telah lama berkutat di kepala panitia. Namun, mengapa tidak, tetap saja digelar, sebagai upaya silaturrahim. Biar terbatas, asal bisa saling sapa. Kendala itu pun diabaikan dan semua sepakat gelar saja diskusi onlinenya.
Benar, saja, kala waktu ditentukan tiba, gelisah muncul lagi dan membuncah. Tapi, karena niat dan upaya telah ada, pertolongan Allah pun datang berupa link zoom yang bebas diaksees tanpa batasan waktu.

Diskusi online bersama Pemuda Polewali Mandar
Jadi, jangan pernah ragu untuk merencanakan kebaikan. Sekalipun ada kendala, kekurangan, maka hendaknya itu memperkuat ikhtiar, bukan malah menghentikannya. Insha Allah kala usaha terus dan penuh kesungguhan, bukan tidak mungkin di depan datang pertolongan-Nya.
Ingat kalimat di atas, seakan tiba-tiba, itu artinya, kolega saya sedang online sehingga langsung menyambut dan mengkondisikan link zoom yang ditanganinya. Siapa yang menjadikan kolegaku itu standby, jika bukan Allah?
Kedua, silaturrahim. Keterbukaan menjadi sangat penting, sehingga satu sama lain bisa saling mengerti. Sekiranya, saudara Aden diam saja dengan kendala yang ada, tentu saya pun tak bisa memberikan rekomendasi bantuan. Tetapi karena silaturrahim, terbuka, maka Allah pun berikan solusi.
Jadi, jangan takut bersilaturrahim, sampaikan apa agenda kita, utarakan apa kendalanya, siapa tahu bisa ada jalan keluar. Dalam kasus di atas, saya tidak punya solusi, tapi saya tahu solusi itu ada dikolegaku. Maka Allah pun seketika membimbing semuanya, sehingga acara ini berjalan lancar.
Bagaimana Bisa Memimpin?
Usai pemparan, ada dua penanya yang diberikan kesempatan diaog denganku. Pertanyaannya tampak berbeda namun bisa diperas menjadi satu pertanyaan penting, yakni bagaimana bisa menjadi pemimpin.
Karena ruang online sangat berbeda dengan tatap muka, maka saya berusaha memberikan jawaban yang simpel dan mudah diamalkan oleh para peserta Lailatul Ijtima’ yang dikomandani Ustadz Taufik Malik itu.
“Untuk menjadi pemimpin itu mudah mengetahui indikasinya. Pertama, jika tidurnya lebih sedikit dari geraknya, berarti dia siap memimpin. Sebab kalau masih muda, lebih banyak tidur daripada bergerak, maka alamat tidak bisa jadi apa-apa. Jangankan mimpin manusia, mimpin ayam ternak saja dia tidak akan bisa,” kataku.
Baca Juga: Pemuda Islam Menguasai Data
“Karakter pemimpin yang kedua adalah tanggungjawab. Bagaimana itu, kalau dengar adzan segera mendirikan sholat dan kalau boleh ke masjid di lingkungan setempat maka segera ke masjid. Ini bagian dari karakter pemimpin, yakni tanggungjawab. Tanggungjawab kepada Allah Ta’ala,” imbuhku.
“Kemudian, terus membangun karakter, yakni karakter moral dan kinerja. Jangan sudah bagus sholatnya tapi lelet dalam kebaikan sosial, sering tidak disiplin kala belajar dan bekerja. Harus singkron keduanya, moral ada, kinerja juga tinggi,” uraiku.
Nah, saat ini bangsa Indonesia kurang akan hadirnya pemimpin yang seeprti itu, sehingga jangankan terhadap rakyat terhadap Tuhan saja dia abai dan mengabaikan.
Jika pemuda hari ini ingin kondisi ini berubah, maka sedari sekarang tanamkan karakter penting di atas di dalam diri kita, sehingga kelak benar-benar siap untuk memimpin negeri dengan kebaikan-kebaikan.*
Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah