Home Berita Diskusi Indah Lintas OKP
Ngobrol itu bisa diskusi bisa seperti biasa, intinya harus bertema manfaat

Diskusi Indah Lintas OKP

by Mas Imam

Semalam (6/4) saya memang dalam kondisi benar-benar menyiapkan waktu dan energi untuk hadir dalam disuksi lintas OKP yang ternyata berlangsung begitu indah. Saya yang biasa dari Jakarta usai Maghrib, kemarin coba kembali lebih dini. Alhamdulillah diskusi memang indah.

Hal ini tentu saja tidak lepas dari kepiawaian sang moderator, Bang Asrullah, SH, yang dengan gaya rileks namun menyentak pembicara maupun audiens untuk nyaman dalam dialog virtual itu.

Hadir memenuhi undangan itu sebagai pembicara di antaranya Affandi Ismail (Ketua Umum PB HMI-MPO) kemudian Hamri Muin (Ketua Umum PP LIDMI).

Lalu ada Dr. Lamlam Pahala (Ketua IV PP Pemuda Persis), Miradz Shaleh Abdat (PB Pemuda Al-Irsyad) dan Susanto Triyogo (Ketua Umum PP KAMMI) serta saya sendiri sebagai Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah.

Baca Juga: Kuatkan Leadership Diri

Indah yang saya maskud pada kesempatan ini adalah alur berpikir, kesadaran dan antusiasme mereka semua di dalam memandang Indonesia 2045 yang jelas menunjukkan kesamaan visi, kesadaran dan tekad untuk melangkah sinergis dan kolaboratif.

Perbaikan

Jika harus diperas, diskusi selama dua jam yang berlangsung hangat dan akrab itu, mengarah pada satu kata, yakni perbaikan.

Perbaikan dimaksud berangkat dari cara berpikir sebagian elit yang memandang kepentingannya di atas maslahat umum utamanya rakyat, sampai kemudian muncul istilah demokrasi yang sekarang ada telah ugal-ugalan.

Perbaikan juga dimaksudkan untuk menjadikan hukum sebagai panglima di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara benar-benar tegak sebagaimana mestinya. Tidak by order, bukan atas design kepentingan sempit dan temporer.

Perbaikan yang juga penting diupayakan adalah implementasi dari Pancasila sebagai dasar negara yang selama ini banyak dikaji namun tidak membumi dalam kehidupan sehari-hari.

Dan, yang tidak kalah penting adalah perbaikan dalam makna pemuda Islam harus turun menjawab tantangan epistemologis yang begitu nyata menjadikan cara pandang umat Islam bergeser pada cara pandang materialisme.

Indonesia 2045 insha Allah indah

Indonesia 2045 insha Allah indah

Pada kesempatan itu, saya kutip ungkapan dari Max Horkheimer, seorang filsuf Jerman abad 20 yang menyatakan bahwa abad modern semua hal diekonomikan.

“Orang zaman ini menganggap sesuatu sebagai semata-mata komoditi. Komoditi ini hanya mempunyai nilai tukar. Artinya, sesuatu dapat ditukar dengan yang lain, asal harganya sama. Maka nilai tukar sebenarnya cenderung membendakan segala sesuatu. Ia tidak bisa melihat bahwa sesuatu itu adalah karya manusia yang khas, unik, dan bernilai pada dirinya sendiri.”

Lalu saya hubungkan dengan realitas kekinian, mengapa ada publik figur, pagi berwajah A, sore berwajah B, karena dia sudah kehilangan dirinya yang sejati, ia telah berubah menjadi komoditi. Ironinya, ia menikmati jadi barang “dagangan” seperti itu.

Maka, perbaikan fundamental sebenarnya adalah perbaikan cara pandang, perbaikan epistemologi, perbaikan tentang diri manusia sebagai manusia. Bukan sebagai komoditi apalagi diperbudak produksi dan teknologi.

Langkah Nyata

Lalu, kalau sudah seperti itu apakah masih ada jalan perbaikan?

Masih dan akan selalu ada jalan perbaikan. Kolega saya pernah mengatakan, dalam perjuangan perbaikan, terus saja melangkah, konsisten, kalau pun masih dirasa gelap, yakinlah diujung lorong ada cahaya.

Baca Juga: Mulai dari Hati Membangun Negeri

Langkah nyata yang harus kita ambil adalah komitmen, sabar, dan tekun dalam perjungan perbaikan itu sendiir.

Pada kesempatan itu, saya kutip satu ungkapan dari ulama besar yang baru saja wafat, yakni Syaikh Ali Ash-Shabuni.

“Saya berkonsentrasi menyusun tafsir ini selama lima tahun lamanya, sepanjang siang dan malam. Saya tidak meulis suatu poin pun, kecuali saya membaca apa yang ditulis ulama tafsir dalam kitab-kitab tafsir besar yang terpercaya, disertai penelitian yang jeli untuk memilih pendapat paling rajih dan benar.”

Bahasan kami malam itu adalah Indonesia 2045. Artinya, kalau masing-masing pemuda mengambil langkah nyata sesuai minat dan bidang yang digelutinya dengan penuh kesungguhan, 2045 umat Islam akan surplus SDM.

Dan, mau bicara apapun pada hakikatnya kita butuh SDM yang mumpuni. Darimana melahirkan SDM yang unggul itu, dari diri kita sendiri, dimulai hari ini dan detik ini. Perbaiki diri kita, cintai apa yang membuat kehidupan kita bermanfaat di dunia dan akhirat. Apakah siap?

Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah

Related Posts

Leave a Comment