Home Kisah Dialog dengan Mahasiswa Pascasarjana
Dialog dengan Mahasiswa Pascasarjana

Dialog dengan Mahasiswa Pascasarjana

by Imam Nawawi

Jumat berkah, itu yang kurasakan pada hari ini (7/7/23). Pagi, sekitar jam 09.00 WIB, seorang pemuda mendatangiku. Usai bersalaman, saya langsung dialog dengan sosok yang tak lain mahasiswa pascasarjana Universitas Pancasila, Jakarta.

Pertama, soal membaca. Pemuda yang sebenarnya punya banyak skill itu mengawali dialog dengan tema membaca.

Gemar Membaca

Bagaimana mempertahankan kecintaan membaca.

Pertanyaan itu saya kira memang mendasar, mengingat tidak otomatis orang yang berstatus mahasiswa pasti gemar membaca.

Baca Juga: Membaca Penting Membaca Asing

Saya memberikan jawaban sesuai skill sang mahasiswa itu, mengemudikan mobil.

Semakin sering seseorang membaca, menjadi kebiasaan, maka seperti seorang pengemudi yang semakin tinggi jam terbanya, akan semakin tajam insting dan refleknya.

Ia bisa mengendalikan mobil, layaknya membawa diri. Tidak lagi sulit, tak perlu banyak yang harus diingat. Semua seakan-akan otomatis, begitu saja.

Begitupun soal membaca. Semakin sering membaca, maka akan muncul rasa senang, rasa cinta. Seorang guru berpesan ketika saya SMA, “Ala bisa karena biasa.”

Peduli

Membaca saja, memungkinkan orang untuk cerdas, kaya wawasan. Tetapi tanpa kepedulian, itu juga tidak banyak berguna.

Lihat saja orang yang gelar akademiknya banyak tetapi menyusahkan rakyat dengan korupsi, mendukung kezaliman, dan menyembunyikan kebenaran.

Oleh karena itu, setelah membaca, kita harus membangun rasa peduli.

“Seorang Muslim dengan Muslim yang lain adalah bersaudara. Ia tidak boleh berbuat zalim dan aniaya kepada saudaranya yang Muslim.

Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.

Barang siapa membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat.

Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak.” (HR Bukhari).

Membuat Terobosan

Sebagai individu Muslim yang memiliki status mahasiswa, idealnya diri kita mampu melahirkan terobosan.

Baca Lagi: Inilah Sumber Ketenangan Jiwa, Pahamilah!

Tidak perlu rumit, dari cara bekerja, belajar, atau berkiprah, sangat bagus kalau kita memiliki nilai plus dari kebanyakan orang.

Ilmu yang telah dipelajari di kelas, organisasi, maupun lapangan kerja, harus kita susun menjadi satu sistematika tertentu yang memudahkan kita menghasilkan suatu karya yang bermanfaat.

Terobosan akan lahir jika diri banyak membaca, senang interaksi, dialog atau diskusi, kemudian terus mengasah rasa peduli dalam hati.

Dan, latihan untuk menghasilkan terobosan yang bagus, latihlah dengan produktivitas diri yang baik.

Langkah-langkah ini, kalau seseorang ambil, sekalipun ia bukan mahasiswa pascasarjana, insha Allah akan memberikan buah yang baik.

Maka, dari dialog ini, saya ingin, kita semua bersemangat mengisi hari-hari dengan penuh optimisme, produktivitas dan kebermanfaatan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment