Home Kajian Utama Desain Politik 2024
Desain Politik 2024

Desain Politik 2024

by Mas Imam

Bicara politik memang selalu asik. Bukan karena politik di Indonesia menampakkan wajah profetik, tetapi karena politik di Tanah Air banyak menuangkan narasi dan realitas yang tarik menarik. Jika tidak cantik di dalam menyikapi sangat mungkin kita akan terus tak berkutik di ranah politik. Oleh karena itu bijaksana jika kaum muda punya bahasan tentang desain politik 2024.

Secara bahasa desain bisa diaritikan dengan membuat rancangan, pola dan sebagainya. Desain politik berarti rancangan politik. Dalam bahasan kita sekarang, yakni di 2024.

Sebagai rakyat kita ingin desain politik 2024 dibangun di atas kejujaran, kerakyatan dan tentu saja paling tinggi, ke-Tuhan-an, sehingga praktik destruktif di dalam politik bisa direduksi bahkan dihilangkan.

Tetapi, apakah itu mungkin? Jika melihat analisis para pakar tetang politik uang di Indonesia, bahkan sampai pada tingkatan pemilihan kepala daerah, harapan akan desain politik 2024 di atas bukan perkara yang bisa diwujudkan hanya dalam beberapa tahun ke depan.

Tetapi, kalau masyarakat mau aktif, melek, dan melibatkan diri dalam literasi politik, upaya itu bisa saja menemukan pola percepatan, sehingga tidak menutup kemungkinan 2024 wajah politik Indonesia benar-benar baru.

Baca Juga: Muhasabah Politik Umat

Mengapa dari literasi? Tidak lain karena dari literasi masyarakat bisa bangkit dari ketidaktahuan.

Sebab arti dari literasi itu secara sederhana bicara tentang kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Semakin rakyat tinggi literasinya semakin bagus kualitas diskusi dan kebiasaannya.

Memulai Keterlibatan

Demokrasi kata Abraham Lincoln adalah pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Itu berarti rakyat memang punya “kewajiban” kian aktif terlibat.

Bagaimana biasa aktif dalam partisipasi politik, jika kemampuan literasi politiknya rendah atau belum ada. Jelas penting sekali mulai sekarang setiap individu mendesain diri untuk memahami politik secara progresif.

Membangun keterlibatan bisa diawali dengan membangun kekuatan literasi politik itu sendiri.

Ini berarti setiap jiwa, terutama anak muda harus mulai meningkat diskusi politiknya, dari sekedar kritik menjadi jalan keluar dari krisis politik hari ini.

Terlebih, pascareformasi dinamika politik Indonesia sangat kencang, sehingga kemampuan literasi politik amat penting untuk membaca itu semua sebagai pelajaran untuk mendesain masa depan rakyat Indonesia dimulai dari 2024.

Karena dalam bahasan lebih luas, warga negara atau rakyat sejatinya adalah elemen terpenting dalam negara demokrasi. Karena rakyat merupakan hakim yang dapat menilai dan menentukan bagaimana proses demokrasi berjalan dengan baik atau sebaliknya.

Strategi

Sekarang bagaimana strateginya?

Dalam buku Strategi Literasi Politik Gun Gun Heryanto mengatakan bahwa dengan hadirnya kekuatan literasi politik maka partisipasi masyarakat akan semakin tajam dan tentu saja efektif di dalam mendorong satu perubahan.

Dahulu, upaya penguatan literasi politik publik berhasil dilakukan dengan baik oleh para tokoh, sehingga muncul perasaan senasib, seperjuangan dan harus beresama-sama lepas dari penjajahan dengan cara meraih kemerdekaan.

Langkah itu dilakukan baik melalui jalur pendidikan, organisasi, diskusi, publikasi hingga orasi. Mungkin kalau sekarang bisa via meme dan yang sedang populer podcast.

Jadi, masyarakat sendiri yang harus mulai secara individu sadar dan bergerak untuk meningkatkan literasi politik dalam dirinya, sehingga tidak mudah menjual suara, apalagi dengan harga yang irasional.

Baca Lagi: Pantangan Bagi Pemuda

Disaat yang sama, budaya ngopi, nongkrong dan sebagainya harus benar-benar dimanfaatkan sebagai sarana penguatan literasi politik, sehingga kelak ketika masuk di bilik suara, pilihannya benar-benar karena kesadaran akan perubahan wajah bangsa, bukan soal kaos dan uang yang diterima.

Bahkan mulai dari sekarang mengapa tidak, masyarakat suatu kawasan membangun aliansi, menolak praktik politik secara licik, sehingga partai dan kandidat legislator dan eksektuif yang datang benar-benar berhitung untuk memperlakukan rakyat sebatas barang dagangan politik dengan kekuatan uang.

Pertanyaannya, apakah itu mungkin? Jawabannya bukan dengan saling mengajukan asumsi dan opini, tetapi dengan kesadaran untuk perubahan dengan bergerak dari sekarang juga.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment