Weekend lalu saya merapati acara pernikahan putra Dr Adian Husaini di Depok (3/2/24). Dalam agenda acara, saya yang tiba bersama Ustadz Anwar Djaelani bertemu sosok senior, Ustadz Abdurrahman Al-Baghdadi (71 tahun). Ia “mendeklamasikan” deru amal untuk milenial.
Nasihatnya singkat nan penuh harkat. Dan, ada 3 hal yang beliau nasihatkan kepada saya kala itu. Ini jadi perbincangan saya dengan kolega saya, Johan Farhan, sosok muda yang juga senang berdekat-dekat dengan intelektual dan ulama.
3 Nasihat
Pertama, jika ingin bahagia, rawatlah hati. Ia mengatakan itu sembari telunjuk kanannya menyentuh ulu hati.
Kalimat itu ia ungkapkan karena sebuah pertanyaan dari Ustadz Anwar Djaelani yang sedang kuliah doktor PAI di UMM. “Bagaimana terlihat segar seperti sekarang?”
“Kalau hati kita rawat, seluruhnya akan sehat, insha Allah,” ucap Ustadz Al-Baghdadi seraya tersenyum lebar.
Kedua, jadilah pelanjut perjuangan Rasulullah SAW.
Baca Juga: Jangan Pernah Membenci Nasihat
Hidup ini harus kita syukuri dengan meneruskan perjuangan Nabi SAW. Karena Nabi Muhammad SAW tidak seperti Nabi Nuh As yang hidup hingga 1000 tahun.
“Siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan risalah Islam, ya, kita semua, umatnya,” tuturnya.
Ketiga, carilah ilmu. Nasehat ini sepertinya khusus untuk saya dan tentu saja kaum milenial.
“Jangan lupa cari ilmu. Jangan hanya sibuk mencari rezeki. Cari ilmu, cari rezeki dan jangan lupa, cari pahala juga,” sambungnya dengan senyumnya yang khas.
Kunci
Bagiku nasihat itu bukan sebatas untaian hikmah yang normatif. Akan tetapi itulah kunci menjalani hidup penuh syukur, kaya energi dan tak mudah lelah menghadapi cobaan.
Kita tahu akal manusia penuh keterbatasan. Oleh karena itu tidaklah orang disebut berakal melainkan saat dia memahami ayat-ayat-Nya.
Dan, ayat-ayat Allah, yang umum memang mudah kita baca dalam Alquran. Namun, pertemuanku dengan Ustadz Abdurrahman Al-Baghdadi beserta segenap nasihat yang kuterima adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala.
Baca Lagi: Pemuda Islam Menguasai Data
Jadi, kemanapun kita menghadap, kunci hidup bahagia hanya ada dalam hati yang teguh, kokoh dan solid dalam mempercayai janji-janji Allah dan Rasul-Nya. Siapa sampai pada kesadaran itu, ia akan senantiasa bahagia, termasuk kita, generasi milenial dan generasi apapun juga.*