Home Kisah Daripada Bingung, Menulis Lebih Baik
Daripada Bingung Menulis Lebih Baik

Daripada Bingung, Menulis Lebih Baik

by Imam Nawawi

“Saat ini orang mungkin mudah bingung mau buat apa? Mau rencanakan apa? Bahkan ada yang bingung setiap hari dia telah melakukan apa. Daripada bingung, lebih baik menulis.”

Itulah yang saya dapatkan sebagai inspirasi usai mengikuti seminar literasi STIS Hidayatullah Putri.

Saya mantap menemukan jalan, bahwa salah satu cara menghilangkan kebingungan adalah menulis.

Baca Juga: Menulis untuk Bermanfaat

Dan, rasanya tidak perlu saya berpikir bisa atau tidak menulis. Pada dasarnya semua sederhana. Setiap orang memiliki waktu yang sama, 24 jam. Namun ada jiwa yang menghasilkan kebaikan berupa tulisan.

Kalau saya bisa menulis, saya akan bergabung dalam barisan para pejuang. Ya, seorang pejuang literasi.

Cerdas dan Mencerdaskan

Menjadi orang yang berusaha menjadi pejuang literasi untungnya banyak. Pertama, diri sendiri bisa cerdas. Kedua, keberadaan kita memberikan semangat dan upaya mencerdaskan anak bangsa.

Seminar ini bertujuan membangun semangat literasi dan menjadikan kami, para mahasiswi, seorang pejuang literasi.

Tak peduli apapun profesinya nanti, saya dan teman-teman akan tetap menulis. Inilah yang menjadi pesan kuat yang saya tangkap dan terus bersemayam dalam kesadaranku beberapa puluh jam terakhir.

Rumus dari Mas Imam juga simpel. Mulai, kemudian berjuang untuk konsisten. Insha Allah akan ada pertolongan Allah.

Iqra’ Sebagai Karakter

Langkah konkret yang penting kutempuh adalah bagaimana menjadikan Iqra sebagai karakter.

Perhatikanlah apa yang dikatakan oleh Margaret Thatcher yaitu;

Watch your thoughts for they become words
Watch your words for they become actions
Watch your actions for they become habits
Watch your habits for they become character
Watch your character for they become your destiny. In other words what you think.

Artinya segala hal berasal dari pemikiran atau mindset kita semua.

Apa yang kita inginkan maka perhatikanlah apa yang kamu pikirkan.

Termasuk iqra adalah sebuah jalan untuk menemukan sebuah pemikiran yang besar.

Dengan beriqra maka ia akan mampu melahirkan tulisan yang hebat. Dan, itu tidak lahir kecuali dari upaya yang hebat pula.

Memulai beriqra dengan melihat fakta, peristiwa atau fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar, kemudian melatih pikiran ini dengan terus menggali makna dibalik peristiwa-peristiwa tersebut. Lalu kita menuliskannya, itu semua akan menjadi ketajaman pikiran kita sendiri.

Apapun jabatan kita, siapapun dan dimanapun kita berada, maka kita harus tetap menulis.

Semua berawal dari hal sederhana, dilakukan secara berulang-ulang. Sesuatu tidak akan pernah menjadi hal luar biasa apabila tidak ada perjuangan konsisten dan proses yang hebat kita lakukan.

Sebagaimana nasihat yang dipaparkan oleh Mas Imam, kami memanggilnya Ustadz Imam Nawawi.

Bahwasanya kita harus terus berupaya menjadikan Iqra ini nafas dalam hidup.

Baca Lagi: Mulai, Konsisten, Dan Pilih yang Kita Sukai, Itulah Rumus Menulis Paling Dasar

Keadaan sulit atau keadaan senang, memiliki kesibukan atau tidak, merasa punya waktu luang atau tidak, merasa capek atau tidak, merasa bosan atau tidak, apapun yang dirasakan jangan pernah iqra dan menulis akan hilang dalam diri kita.

Ya, karena ia akan menjadi jembatan perkembangan bagi diri dan kebermanfaatan hidup kita kepada sesama.

Ingat, seseorang saja akan mendapat pertolongan dari sesama kalau dia punya usaha. Tentu Allah akan menyambut usaha kita dengan kekuatan-Nya. Lebih-lebih kala usaha itu bersumber dari keimanan dan niat penuh keikhlasan.*

Tulisan ini Karya 2 Mahasiswi STIS Hidayatullah Balikpapan

Related Posts

Leave a Comment