Mas Imam Nawawi

- Opini

Dari Literasi ke Ulul Albab

Ane Permatasari yang merupakan dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam tulisan: “Membangun Kualitas Bangsa dengan Budaya Literasi” menjelaskan bahwa tingkat literasi masyarakat suatu bangsa berhubungan erat dengan kualitas bangsa itu sendiri. Kita bisa tangkap bahwa literasi adalah kunci. Sebagai kunci tentu saja untuk membuka pintu. Pertanyaannya pintu apa? Tidak lain adalah ulul […]

Dari Literasi ke Ulul Albab

Ane Permatasari yang merupakan dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam tulisan: “Membangun Kualitas Bangsa dengan Budaya Literasi” menjelaskan bahwa tingkat literasi masyarakat suatu bangsa berhubungan erat dengan kualitas bangsa itu sendiri. Kita bisa tangkap bahwa literasi adalah kunci. Sebagai kunci tentu saja untuk membuka pintu. Pertanyaannya pintu apa? Tidak lain adalah ulul albab.

Literasi sebagai kunci bangsa manapun dalam dunia ini memahami dengan baik. Inggris misalnya itu langsung membentuk National Literacy Trust. Jelas Inggris ingin mengarusutamakan budaya literasi kepada generasi muda dan orang dewasa.

Masalahnya jelas, orang mulai semakin rendah minat dan daya-nya dalam membaca. Distraksi media sosial, isu yang penuh sensasi, lebih mendapat perhatian daripada hal yang penting, perlu dan mencerahkan.

Indikator Rendahnya Literasi

Masih dalam paparan Ane, mengutip data dari Majalah Oase April 2014. Bahwa Indonesia dalam setahun menerbitkan 18 ribu judul buku. Sementara Jepang mencapai 40 ribu judul buku pertahun.

Kesenjangan literasi Indonesia dengan Jepang terlihat mencolok dari data penerbitan buku tahunan. Indonesia hanya menerbitkan 18 ribu judul buku per tahun. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan Jepang yang mencapai 40 ribu judul buku per tahun.

Data ini dengan tegas menunjukkan bahwa produksi konten intelektual di Indonesia masih sangat rendah.

Rendahnya produksi ini adalah indikator langsung bahwa Indonesia perlu memacu kesadaran literasi agar bangsa kita dapat mengakses, menghasilkan, dan menyerap pengetahuan dengan laju yang setara dan unggul dari bangsa manapun.

Maka dari itu, memacu kesadaran literasi adalah kunci utama. Keterbatasan judul buku yang tersedia membatasi wawasan dan laju inovasi masyarakat.

Untuk bisa setara dan bahkan melampaui bangsa lain, kita harus segera meningkatkan minat baca dan produksi buku secara masif. Kesadaran literasi yang tinggi akan mendorong lahirnya karya-karya bermutu dan generasi yang kritis, menjadikan Indonesia bangsa yang benar-benar siap bersaing di kancah global.

Ulul Albab

Jadi kita sekarang bisa melihat pada posisi mana Indonesia dalam hal literasi terhadap bangsa lain.

Namun ada hal yang mendesak bagi setiap pribadi, utamanya yang Muslim, bahwa literasi bukan semata lomba menerbitkan buku. Walakin literasi harus mendorong lahirnya kesadaran dan kekuatan pribadi kita sebagai insan ulul albab.

Azizah Herawati dalam makalah berjudul “Kontekstualisasi Konsep Ulul albab di Era Sekarang” coba menangkap makna ulul albab.

“Mereka adalah sekelompok manusia pilihan yang mempunyai kekuatan spiritual, intelektual dan sosial yang tinggi. Komitmen mereka terhadap ajaran Allah SWT yakni ajaran Islam sangat tinggi. Mereka juga tidak mudah terpengaruh godaan perkembangan zaman dan hanyut dalam rayuan hawa nafsu yang melenakan.”

Yusuf Qaradhawi memaknai Ulul Albab adalah manusia yang punya isi. Baginya fisik manusia adalah kulit dan akal adalah isi (bobot) manusia itu sendiri. Secara umum ulul albab adalah orang yang berakal cerdik, pandai mengambil pelajaran, berpikir cerdas dan bisa menggunakan akal dengan baik. Kalau berpikir analisanya tajam.

Namun saya juga sampai pada satu kesimpulan mendasar tentang ulul albab itu. Yakni orang yang mentalitasnya kuat, tangguh dan tak goyah. Sebab semua hal ia pandang adalah yang terbaik dan karena itu ia fokus pada kebaikan dengan terus bergerak sembari memohon selamat dari api neraka.

Memang benar Indonesia rendah literasinya (kalau kita banding dengan Jepang dan Inggris berdasarkan jumlah judul buku yang terbit). Tapi jangan menjadi ulul albab juga demikian. Umat Islam, utamanya pemudanya harus giat membawa Indonesia menjadi negeri yang kaya dengan insan ulul albab. Hanya dengan langkah itu nanti KPK tak perlu “lelah” bekerja. Karena gerakan korupsi tak ada lagi yang mencintai. Kita perlu melakukan ini untuk terwujudnya Indonesia Emas 2045.

Namun jangan salah, tidak akan lahir ulul albab kalau manusia dari bangsa ini tak mau meningkatkan budaya literasi. Oleh karena itu tema kita kali ini adalah dari literasi ke ulul albab.*

Mas Imam Nawawi