Aura semangat dan kebersamaan terasa begitu kuat di tengah semarak Halaqah Kubra di Pesantren Hidayaturrahman (15/9/24). Suara lantang Ust. Karyadi, Ketua Dewan Murabbi Wilayah Hidayatullah Jabodebek, menggema, mengusik zona nyaman para pemuda yang hadir. Bukan dengan nasihat manis, melainkan dengan pertanyaan menohok yang menggugah kesadaran. Keluhan harus bisa kita ubah menjadi bahan bakar meraih kejayaan.
“Kalau seorang pemuda meratapi nasibnya sendiri, mengapa ini terjadi?” tanyanya retoris. “Jangan berharap menjadi pemuda-pemuda yang menang kalau kita sering mengeluh, melihat yang tidak baik dari diri dan orang lain, bahkan murabbinya sendiri.”
Kalimat itu menandakan bahwa kita harus mengaktifkan reasoning dalam diri untuk mampu melihat apapun dari sudut pandang baik.
Seperti Nabi Muhammad SAW terhadap warga Thaif. Warga Thaif itu berbuat tidak patut kepada Nabi SAW. Namun alih-alih emosi, Nabi Muhammad SAW menyampaikan harapan kepada malaikat, bahwa kelak anak keturunannya yang akan beriman kepada Allah dan Rasul.
Jika fakta sejarah itu bisa kita nalar dengan baik, maka kita tidak akan menggunakan sudut pandang buruk dalam melihat teman sendiri, saudara sendiri. Sebab melakukan itu semua, membuat kita kehilangan kekuatan jama’ah. Bertemu tapi tak bermutu. Bersatu tapi tak pernah benar-benar menyatu.
Murabbi
Ust. Karyadi tak hanya menyentil para pemuda, tetapi juga para murabbi (pembimbing). Ia mengingatkan bahwa pandangan positif dan saling menguatkan adalah kunci untuk membangun generasi penerus yang tangguh.
Baca Juga: Sadar Sebagai Pemimpin
Dalam suasana yang hening, Ust. Karyadi mengajak hadirin untuk merenung. “Seringkali kita tidak sadar, maaf, kadang kalau orang tua membanggakan masa lalu, itu tentang kebaikan-kebaikan. Sementara masa lalu yang tidak enak tidak disampaikan.”
Namun, ia tak ingin masa lalu hanya menjadi kenangan manis. “Bagus kalau itu juga bisa menjadi motivasi,” tambahnya, mendorong para pemuda untuk melampaui pencapaian generasi sebelumnya.
Optimis
Pesan Ust. Karyadi lebih lanjut sangat jelas: Kaum muda Hidayatullah harus berani menatap masa depan dengan optimisme.
“Esok harus lebih baik, ke depan semakin maju membawa Indonesia Bermartabat,” serunya, membakar semangat para pemuda.
Halaqah Kubra ini bukan sekadar ajang berkumpul, tetapi menjadi titik balik bagi para pemuda untuk meninggalkan keluhan dan merangkul semangat juang. Mereka diajak untuk melihat potensi diri, meneladani kebaikan masa lalu, dan bertekad untuk menciptakan masa depan yang lebih gemilang.
Dari Ciawi, seruan kebangkitan ini akan bergema ke seluruh pelosok negeri. Para pemuda Hidayatullah siap menjadi garda terdepan dalam membangun Indonesia Bermartabat, dimulai dari perubahan mindset dan semangat pantang menyerah, memperkuat ukhuwah, mengokohkan kehidupan berjama’ah.*