Dalam akhir pekan November 2021 ini Allah memberikan kesempatan saya berkunjung ke Papua Barat, tepatnya Manokwari. Saya pun penasaran bagaimana dakwah Islam di Papua Barat.
Pada kesempatan ini saya akan membahasnya dari sudut pandang sahabat saya yang sejak 1996 sudah tinggal di Papua dalam program transmigrasi, tepatnya di Jayapura.
Baca Juga: Senyum Sebagai Strategi Dakwah
Namanya Muhammad Fahrurozi (32) kini tugas dakwah di Hidayatullah Teluk Bintuni.
Menurut buku yang pernah dibaca oleh Rozi tentang Islam di Papua, masuknya Islam ke Papua dari gerakan dakwah Kesultanan Ternate dan Tidore. Sisa-sisa itu masih ada, terutama di Kaimana.
“Di Kaimana itu ada kerajaan yang bernama Namatota. Di sana disebutkan oleh banyak pihak banyak dai dari Ternate dan Tidore,” tuturnya.
Belakangan, dakwah Islam didorong oleh ormas-ormas Islam, seperti NU, Muhammadiyah dan Hidayatullah serta lainnya.
“Kalau yang masuk belakangan itu ada dari ormas besar di Indonesia. Untuk Kaimana, dakwah pertama dilakukan oleh Hidayatullah,” ungkapnya.
Tafalas, Marga Ternate di Raja Ampat
Saya pun berjumpa dengan sahabat lainnya, yang bermarga Tafalas. Tafalas merupakan nama marga (fam) dari Ternate. Nama sahabat saya adalah Jamaludin Tafalas (27)
“Kalau melihat silsilah ke dahulu, utamanya dari Ternate, menurut keluarga. Awalnya bernama Bartako. Nah, ketika pindah untuk dakwah ke Raja Ampat, terjadilah pernikahan dengan orang setempat.
Nama Raja Ampat sendiri merupakan arti dari hadirnya 4 raja dari Ternate ke lokasi itu, yang kini dinamakan Raja Ampat, yang terdiri dari empat pulau besar, yaitu Batanta, Salawati, Waigeo, dan Misool,” kisahnya.
Nah dari situlah marga Bartako berubah menjadi Tafalas. Tafalas merupakan marga baru hasil pernikahan antara orang Ternate bermarga Bartako dengan warga asli Raja Ampat.
Menurut Jamaluddin Tafalas Islam bisa diterima oleh masyarakat Papua karena para dai yang membawa Islam memilih metode dakwah interaktif dengan bergaul langsung bersama masyarakat.
Mereka tidak langsung pada poin-poin utama dalam Islam, dikarenakan menyesuaikan setting sosial masyarakat, sehingga metode yang tepat adalah berbaur, bersama, bergaul dengan akhlak Islam.
Masa Depan Dakwah di Papua
Sampai hari ini Islam terus berkembang di Papua dan Papua Barat.
“Alhamdulillah Islam berkembang cepat, khususnya di Raja Ampat. Bahkan sekarang sudah mulai terbanyak Islam di Raja Ampat, karena memang juga sudah terjadi asimilasi yang kuat di sana,” jelasnya.
Secara keseluruhan Jamal optimis Islam akan semakin diterima oleh masyarakat Papua.
Baca Lagi: Belajar Kembali ke Aceh
“Pertama karena memang ajaran Islam ini toleran dan menghargai kemanusiaan serta berciri khas kelembutan.
Kedua, dunia digital memberikan jalan lebih baik lagi untuk dakwah. Karena orang bisa akses Islam langsung dari internet.
Ketiga, masyarakat Papua melihat bahwa umat Islam hidup sederhana dan bahagia, bersih dan rapi. Ini menjadi daya tarik langsung yang sehari-hari mereka temukan.
Jamaluddin Tafalas berharap dakwah Islam di Papua menjadi bagian penting yang didukung oleh seluruh umat Islam, karena di Papua Barat dan Papua dakwah sangat diperlukan.
Dakwah Islam di Papua Barat yang dijalankan oleh Hidayatullah hampir merata di seluruh kabupaten dan kota.
“Dari 8 kabupaten kota yang ada di Papua Barat, tinggal 3 daerah yang belum disentuh dakwah Hidayatullah, yaitu Kabupaten Maybrat, Kabupaten Tamraw dan Kabupaten Teluk Wondama,” jelasnya.*