Home Kisah Dakwah Hidayatullah di Teluk Bintuni
Dakwah Hidayatullah di Teluk Bintuni

Dakwah Hidayatullah di Teluk Bintuni

by Imam Nawawi

Melakukan perjalanan darat dengan mobil dari Manokwari ke Teluk Bintui saat ini (7/4/22) saja terasa panjang dan lelahnya. Lantas bagaimana dahulu, para dai mengemban dakwah Islam melalui Hidayatullah di Papua Barat.

Saya dan tim BMH Perwakilan Papua Barat dan unsur DPW Hidayatullah Papua Barat, berangkat sebelum pukul 12.00 WIT dan tiba di Pesantren Hidayatullah Teluk Bintuni tepat pukul 18.00 WIT.

Baca Juga: Puasa dan Etos Keilmuan

Tidak lama kemudian, adzan Maghrib berkumandang, kami pun langsung buka puasa. Usai sholat Maghrib dan makan kepiting disertai udang, kami mulai merasakan lelahnya perjalanan.

Tapi sebenarnya, lelah kami ini tidak seberapa. Kalau mau melihat sejarah panjang sebelum sekarang, yakni semangat para dai Hidayatullah melakukan dakwah dengan membangun pesantren di Teluk Bintuni.

Jalanan Tanah dan Licin

Ternyata pada tahun 2019 saja, jalanan Manokwari – Bintuni belum seutuhnya bagus. Sebagian ada yang masih tanah.

Jadi pemandangan mobil terhambat karena dalam masuk dalam kubangan lumpur kerap jadi pemandangan biasa warga yang melintas.

Sekretaris DPW Hidayatullah Papua Barat, Ustadz Miftahuddin sendiri pernah merasakan melintasi jalanan tanah Manokwari – Bintuni.

“Perjalanannya memang butuh kesabaran. Kalau sudah ada lubang dan sulit melintas, seringkali kita kemalaman di hutan. Kalau sudah begitu ‘berkemah” saja di titik aman di dekat hutan. Tidak ada istilah kejar waktu, jalanannya tanah dan licin,” tuturnya kepada saya di dalam mobil Fortuner yang melaju kencang.

Sebelum itu, tentu sudah sulit lagi generasi sekarang membayangkan situasinya. Terlebih kalau anak perkotaan yang tak pernah bertemu hutan apalagi jalanan berlubang.

Sekarang saja dalam beberapa bagian, kerap kali laju mobil harus mengalami pengurangan kecepatan secara drastis karena adanya lubang yang menganga. Tidak panjang, tapi dalam.

Yang kalau driver tidak hati-hati, sangat mungkin bagian bawah mobil bergesekan dengan aspal yang terkelupas. Tetapi jangan khawatir dulu, pada sesi pertengahan ada namanya Gunung Botak yang tersedia spot untuk memandang paduan gunung batu dan air laut yang biru dari ketinggian yang wow begitu.

Pesantren Hidayatullah Teluk Bintuni dirintis pada tahun 2005 oleh Ustadz Syamsul Arif yang telah wafat di Timika beberapa tahun silam.

Menolong Agama Allah

Lalu apa yang mendasari para dai Hidayatullah mau menjalani dakwah yang tidak mudah di Papua Barat?

Tidak lain adalah apa yang disebut dengan istilah “menolong agama Allah.”

Ustadz Abdullah Said kerap memberikan injeksi spirit dakwah kepada para kadernya bahwa dakwah harus terus ekspansi, walau ke Papua sekali pun.

Baca Lagi: Menghadirkan Gagasan dan Perjuangan Ustadz Abdullah Said

Argumennya tegas, karena banyak orang yang ruhaninya lapar dan haus. Mereka itu butuh dakwah. Jadi berangkatlah ke manapun tugas dakwah diemban.

Kalau benar niatnya ingin menolong agama Allah, pasti Allah akan memberikan pertolongan kepada kita.

Terbukti, kini Pesantren Hidayatullah Bintuni menjadi tumpuan pendidikan dan dakwah masyarakat.

Ketika saya datang, tidak lama para ustadz di Hidayatullah Bintuni, seperti Ustadz Fahrurrozy, Ustadz Nashiruddin Al-Bani dan Ustadz Anggun segera berpamitan, karena ada tugas menjadi imam tarawih di masjid-masjid penduduk dan pemerintahan. Subhanallah.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment