Semalam (14/2) dalam agenda KMH dan Pemuda Hidayatullah Jabar, saya membersamai 20 anak muda dari berbagai daerah di Jawa Barat. Mereka datang dari Garut, Cirebon, Bandung, dan daerah lainnya. Mereka adalah anak muda yang telah memilih jalan hidup sebagai dai muda. Pilihan ini adalah keputusan besar yang membutuhkan semangat, dedikasi, dan keberanian.
Kita patut bersyukur, pada era yang seperti sekarang, masih ada sekelompok anak muda yang memilih menjadi dai. Tidak akan jadi pilihan kecuali memang tumbuh dari visi dan kesadaran hati serta pertolongan Ilahi.
Betapa bahagianya mereka yang memilih jalan ini. Sebab, menjadi dai muda berarti mengabdikan diri untuk menyebarkan kebaikan. Ini adalah panggilan jiwa yang tidak semua orang berani ambil. Dengan tekad yang kuat, mereka siap berkontribusi dalam membangun kesadaran umat.
Tugas mereka selanjutnya jelas: fokus dan konsisten. Dalam kesempatan itu, saya tidak mengajarkan cara berdakwah dengan retorika yang memukau. Sebaliknya, saya mengajak mereka memahami tiga hal mendasar untuk menjadi dai muda yang penuh tenaga dan berdampak.
Kesadaran Mengapa Memilih Jalan Dakwah
Seorang dai harus memahami alasan utama mengapa memilih jalan ini. Dakwah bukan sekadar profesi, tetapi tanggung jawab besar. Kesadaran ini akan menjadi bahan bakar yang menjaga semangat mereka dalam menghadapi berbagai tantangan.
Dakwah juga jalan terbaik dalam pandangan Allah SWT. Artinya memilih dakwah sama dengan merawat jalan hidup, menjadi insan yang selamat dan menyelamatkan.
Membaca adalah Nafas Dai
Dai yang tidak membaca akan tertinggal dan ditinggal. Ilmu terus berkembang, dan masyarakat membutuhkan jawaban atas berbagai persoalan kehidupan. Dengan membaca, seorang dai bisa menyampaikan dakwah yang relevan dan solutif bagi umat.
Kalau ingin menjadi dai yang memiliki tenaga, jangan malas membaca. Lebih-lebih pada era digital, kita memerlukan kecerdasan dalam memilih dan memilah berita. Langkah itu kalau dilengkapi dengan landasan wahyu, maka narasi yang kita susun akan benar-benar menembus dada masyarakat.
Metode Elaborasi dalam Dakwah
Dai harus mampu membangun narasi yang menggugah kesadaran. Caranya dengan menyorot satu kasus yang dipahami masyarakat, lalu membingkainya dalam struktur logika yang membangun kesadaran. Dengan metode ini, masyarakat lebih mudah memahami pentingnya semangat dalam beramal dan berbuat kebaikan.
Boleh berdakwah tentang sejarah, tapi orang butuh tentang apa yang harus mereka lakukan sekarang. Begitu pun pula, boleh kita mengulas fakta-fakta faktual. Tapi masyarakat juga memerlukan panduan, bagaimana implementasi yang relevan dengan sejarah dan nilai-nilai Islam secara fundamental.
Dakwah adalah Perjalanan Panjang
Dakwah bukanlah jalan yang selalu mulus. Akan ada rintangan, ujian, dan tantangan. Namun, dai muda harus terus bergerak, mengembangkan cara penyampaian, dan selalu beradaptasi. Dakwah tidak cukup hanya dengan semangat, tetapi juga perlu strategi dan ketekunan. Terutama tekun menjaga iman dan akhlak.
Dengan memahami tiga prinsip ini, dai muda akan semakin kuat dan berdaya. Mereka akan menjadi penerang bagi masyarakat, membangun peradaban dengan ilmu, dan mengajak lebih banyak orang untuk berbuat kebaikan. Lebih jauh dengan menjadi dai sejak muda, kita bisa ikut menguatkan gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa.*