Belakangan ini saya mengisi waktu luang dengan kembali menonton film “Dirilis Ertugrul”. Bagi saya film yang berakar dari sejarah, layak jadi perhatian. Bung Karno pun mendorong kita akan hal ini. Bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Apa yang bisa kita ingat, salah satunya tentang pertemanan dalam sejarah.
Kita kembali pada film itu. Pada masa awal, saat Ertugrul masih pemuda. Muncul tiga orang yang berteman akrab. Mereka jauh lebih tua dari Ertugrul. Yaitu Kurdoglu, Baybora dan Alpargu.
Kurdoglu tidak lain adalah paman dari Ertugrul. Sosoknya lemah tapi ambisinya kuat. Sayang, Baybora dan Alpargu mau berteman dekat dengan Kurdoglu.
Singkat cerita, Kurdoglu memerintahkan Baybora melakukan provokasi ke tengah-tengah masyarakat. Baybora berhasil melakukan misi Kurdoglu itu. Namun naas, makarnya dengan mudah terbongkar.
Khawatir Baybora tidak bisa menahan informasi dalam pemeriksaan. Alpargu pun mencari Baybora dan langsung membunuhnya dengan menggunakan belati. Puncaknya, Kurdoglu pun dihukum mati karena terbukti menjadi pengkhianat suku Kayi.
Baybora Salah Berteman
Pelajaran yang bisa kita petik. Pertama, jangan seperti Baybora. Ia percaya kepada orang yang hidup dengan ambisi pribadi belaka.
Kedua, jangan abaikan akal sehat. Sebelum dibunuh, Baybora telah menyaksikan sendiri pemikiran dan langkah-langkah Kurdoglu yang berbahaya. Namun karena tak kuasa menolak, Baybora terus tanpa akal mengikuti kemauan Kurdoglu.
Ketiga, teman akan berpengaruh dalam hidup seseorang. Bahkan dalam kasus Baybora kita bisa melihat, teman bisa menjadi sebab kecelakaan diri sendiri.
Oleh karena itu hiduplah dengan cerdas dan adab serta iman. Jangan ikuti orang yang tak punya ilmu tapi ambisinya tinggi.
Memilih Teman dengan Bimbingan Wahyu
Alquran mendorong kita untuk bergaul. Termasuk mencari teman. Tapi bertemanlah dengan orang yang benar (jujur).
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119).
Jadi, sejarah memang berharga. Kita bahkan dapat memahami ungkapan dan peristiwa dalam sejarah sangat fungsional, ketika kita membaca petunjuk dari Wahyu, yakni Alquran.
Dengan demikian jadilah orang yang mencari teman yang benar. Mau jujur, terbuka dan selalu mengajak pada kebaikan. Jangan senang berteman dengan orang yang lupa kepada Allah, sehingga kita celaka bersamanya.*