Home Kisah Cinta dari Arifin Purwakananta
Cinta dari Arifin Purwakananta

Cinta dari Arifin Purwakananta

by Imam Nawawi

Pagi hingga siang tadi (23/1/23) saya mengikuti seminar nasional dengan tema “Zakat Solusi Resesi.” Satu narasumbernya adalah Deputi I Bidang Pengumpulan Baznas RI, M. Arifin Purwakananta. Uraiannya yang renyah menjadikan saya seakan mendapatkan cinta dari Arifin Purwakananta.

Narasumber pertama adalah Ketua Pengurus BMH Pusat, Firman ZA. Ia mengatakan bahwa zakat adalah solusi bagi umat, termasuk dalam menghadapi resesi. Kuncinya satu, yakin dan mau menegakkan syariah zakat.

Kembali ke tema “Cinta dari Arifin Purwakananta.” Pria murah senyum itu memang bukan sekedar telah lama menekuni gerakan zakat.

Cinta, perhatian dan orientasi hidupnya seutuhnya memang ia dedikasikan kepada gerakan dakwah zakat.

Baca Juga: Perlunya Memahami Zakat Harta

Lima menit pertama, Arifin telah mengatakan bahwa dirinya sangat senang dengan kelas-kelas seminar yang pesertanya adalah kaum muda, pelajar dan mahasiswa.

Sekiranya kelas-kelas seminar seperti ini telah ada sejak 1990-an, tentu saja gerakan zakat Indonesia akan lebih dahsyat lagi perkembangannya.

Ia pun menegaskan bahwa dengan usia yang sekarang, sudah sepatutnya ia mendapatkan kesempatan banyak mendidik dan mengkader anak-anak muda untuk terlibat dalam dakwah zakat masa mendatang.

Terus Optimis

Satu cinta yang Arifin Purwakananta tebarkan adalah optimisme. Ia mengatakan jangan pernah ragu, gerakan zakat ke depan akan semakin besar dan luas.

Hal inin karena memang zakat merupakan ketetapan Allah yang nilai atau derajatnya di atas jual beli yang halal.

Lebih jauh, semakin hari, literasi umat akan semakin kuat tentang zakat. Jadi, masa depan Indoensia akan baik jika zakat terus tumbuh dan memberdayakan.

Tinggal bagaimana sekarang kaum muda memahami dengan baik bahwa gerakan zakat saat ini masih pada tahap meyakinkan umat Islam untuk yakin bahwa zakat itu barokah, maslahah dan tentu saja solusi.

Paradigma Ekonomi

Zakat sejatinya lebih dari sekedar rukun Islam dan kewajiban umat yang mampu. Akan tetapi zakat lebih jauh juga paradigma tentang ekonomi.

“(Tugas) lembaga zakat sekarang bukan sekedar mengumpulkan dana, zakat dikumpulkan jadi fiskal kemudian disalurkan, bukan dan itu dipakai untuk membiayai pemberdayaan.

Bukan itu saja. Kalau seperti itu maka aktivitas zakat terpeleset dia. Jadi harus ada kemampuan mengubah konsepsi ekonomi ribawi ke ekonomi zakat,” tegasnya.

Baca Lagi: Zakat yang Semakin Kuat

Jadi zakat akan menjadi solusi bagi resesi dan kemiskinan umat manakala paradigma ekonomi yang dibantu tidak lagi ribawai.

Tetapi bagaimana ekonomi zakat, ajaran zakat, bahkan syariah zakat menjadi kesadaran umat, sehingga masyarakat dapat menyuburkan sedekah dan menghancurkan ekonomi ribawi.

Tentu saja media ini tidak memadai untuk menuangkan semua atau sebagian besar dari uraian Arifin Purwakananta tentang zakat. Meski demikian, ini saya harap dapat memantik kesadaran kita semua bahwa zakat itu strategis, sama seperti pentingnya sholat dalam kehidupan kita sehari-hari.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment