Mas Imam Nawawi

Cerita
- Hikmah

Cerita-Cerita Indah Penguat Hidayah

Alquran selalu menyajikan cerita. Tapi bukan sembarang kisah. Selain nyata, cerita itu mengandung ajaran dan hikmah. Siapa memahami ia akan semakin kuat menangkap hidayah. Siapa mengabaikan ia akan menjalani hidup yang susah dan menyempitkan dada. Perhatikanlah, mereka yang hidupnya indah menjadi cerita yang benar-benar meneguhkan hidayah. Kehidupan Nabi Musa as bersama Harun as, menjadi bahan […]

Alquran selalu menyajikan cerita. Tapi bukan sembarang kisah. Selain nyata, cerita itu mengandung ajaran dan hikmah. Siapa memahami ia akan semakin kuat menangkap hidayah. Siapa mengabaikan ia akan menjalani hidup yang susah dan menyempitkan dada. Perhatikanlah, mereka yang hidupnya indah menjadi cerita yang benar-benar meneguhkan hidayah.

Kehidupan Nabi Musa as bersama Harun as, menjadi bahan cerita yang Alllah sajikan dalam Alquran. Keduanya datang kepada Fir’aun dengan tanda-tanda kebesaran Allah dan dengan kekuatan yang nyata. Namun semua itu tidak berarti bagi Fir’aun. Fir’aun meras dirinya lebih tinggi daripada Nabi Musa dan Harun.

Apalagi, secara empirik, kaum Nabi Musa, yakni Bani Israel menjadi budak Fir’aun. “Apa perlunya saya mendengarkan Musa?” Begitu kira-kira Fir’aun berpikir.

Kemudian, Allah menegaskan, “Maka mereka mendustakan keduanya (Musa dan Harun), karena itu mereka termasuk orang yang dibinasakan”. (QS. Al-Mu’min: 48).

Pesan Utama Cerita

Apa pesan utama dari cerita itu? Jangan menjadi orang yang sombong. Karena kesombongan itu yang membuat akal manusia gagal memahami tanda-tanda kebesaran Allah.

Semakin sikap pongah menguasai dada seseorang, semakin orang sulit menerima kebenaran. Mata hatinya buta, pendengarannya menjadi tuli. Ketuliannya lebih kuat dari batu karang. Tak bisa dikikis dengan ombak sekalipun.

Sikap menolak kebenaran, meskipun itu datang dari orang yang punya kekayaan dan kekuasaan, pasti akan Allah binasakan. Siapapun yang mendustakan ajaran Islam, Allah pasti akan menghukum bahkan membinasakannya.

Selain itu kisah itu menghendaki kita membuka mata hati. Agar tak mudah terjebak keburukan. Yakni memandang orang lain hanya dari tampilan, status sosial dan merendahkan. Kemudian sikapnya menjadi ingin mengabaikan apa yang ia sampaikan. Padahal, kebenaran itu datangnya dari Allah SWT.

Orang yang mau membuka mata hati tanda-tandanya jelas: dia tidak mau bersikap sombong.

Kisah Peneguh Jiwa

Selain kisah-kisah dari Alquran, saya menemukan kisah dalam kehidupan saat ini. Beberapa waktu lalu saya bertemu seorang ibu. Ia janda dengan tiga anak.

Ibu itu hidup tidak mudah, terutama ketika sang suami meninggal dunia. Dalam kondisi tak berdaya ia harus berpikir bagaimana membiayai sekolah 3 anaknya. Dua putrinya sedang kuliah di ITB. Satu putranya tengah masuk kelas X SMA.

Namun, Allah, sebaik-baik pemberi rezeki, membuka jalan yang tak terduga. Semua anak dari ibu itu mendapat beasiswa dari sebuah perusahaan yang peduli kepada anak bangsa melalui Laznas BMH. Apa yang terjadi, anak-anak itu tetap bisa kuliah dan sekolah.

Sejak itu, sang ibu mengakui bahwa Allah sebaik-baik perencana. Awalnya ia kesal, protes, bahkan marah kepada Allah. Mengapa kesulitan itu menghampiri kehidupannya. Namun, karena ia mau membaca, membuka hati dan pendengaran, hidayah Allah pun menyapa. Ia kini tak pernah ragu dengan ketetapan Allah.

Demikianlah kehidupan, mari kita benar-benar mau belajar.

“Dan Kami jadikan mereka bahan cerita (bagi manusia). Maka kebinasaanlah bagi kaum yang tidak beriman.” (QS. Al-Mu’min:44).

Hidup isinya adalah cerita. Maka mari ambil cerita yang meneguhkan hidayah. Menjadikan kita tak pernah goyah dalam mengarungi kehidupan dengan kekuatan iman dan Islam.*

Mas Imam Nawawi

 

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *