Era sekarang orang sangat menyukai hampir semua hal yang bisa berjalan cepat. Indonesia pun punya keinginan punya moda transportasi cepat, itulah kereta cepat. Tetapi, dalam hal ini tak semua yang cepat itu hebat.
Laporan Koran Tempo edisi Sabtu, 4/2/23, pembahasan biaya proyek kereta cepat sangat lambat alias alot.
“Tenggat pengoperasian kereta cepat Jakarta-Bandung tinggal lima bulan lagi. Namun konsorsium perusahaan Indonesia dan Cina selaku pemilik saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) belum kunjung menyepakati nilai pembengkakan biaya proyek atau cost overrun,” tulis Tempo.
Baca Juga: Bahagia dengan Berkarya
Awalnya, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dianggarkan Rp. 91,4 triliun. Namun dalam perjalanan, biaya itu membengkak hingga menjadi Rp. 113 triliun.
Dalam hitungan konsorsium Cina biaya yang mengalami pembengkakan tidak seperti itu. Ada selisih Rp. 467,39 juta.
Pelajaran
Kisah perjalanan KCIC bisa menjadi gambaran bagi kita semua, bahwa semua yang direncanakan cepat, belum tentu hebat. Apalagi kalau tidak menyertakan kebaikan dan ketulusan niat.
Dalam hidup seseorang pun demikian. Ada orang yang kalau memiliki keinginan ingin semua berjalan cepat.
Tetapi kita harus memahami bahwa dalam kehidupan ini ada yang namanya hukum alam (sunnatullah) ada pula kehendak Tuhan.
Dalam konteks kehidupan alamiah, semua hal harus berproses dan bertumbuh, tidak bisa terburu-buru.
Kalaupun bisa, maka pasti akan ada banyak masalah, kendala bahkan mungkin hambatan serius.
Oleh karena itu dunia ini tidak akan memberi tempat kepada penjahat, benalu, dan penjilat. Sebab mereka ingin tampil hebat tapi dengan cara maksiat.
Seperti benalu, tidak punya akar di dalam tanah, tidak memiliki batang yang kokoh, tetapi ingin berada pada posisi tinggi. Akhirnya ia menggerogoti tanaman lain.
Dampak
Orang yang selalu ingin semuanya berjalan cepat, terburu-buru pasti akan bertemu banyak kendala. Mulai salah hitung, mudah emosi, suka menyalahkan orang lain. Pada akhirnya hanya dirinya yang benar, selainnya, salah.
Memang manusia itu, kalau ia lupa kepada Allah, tidak mau memahami ajaran Islam dengan baik, pasti akan terjebak pada sifat tidak baiknya, yaitu terburu-buru, tergesa-gesa.
Baca Lagi: Rumus Bahagia
“Dan Manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS Al-Isra’: 11)
Kalau pun hendak cepat, maka Allah memberi bimbingan agar kita melakukan persiapan, agar bisa bersegera. Itu pun arahnya jelas, menuju ampunan Allah.
Artinya jangan hidup secara tidak tertata, apalagi amburadul, tetapi berharap semua akan “makbul.”*