Home Artikel Care itu Buah dari Ketakwaan
Care itu Buah Ketakwaan

Care itu Buah dari Ketakwaan

by Imam Nawawi

Pasti pernah ya, mendengar kata, “care?” Ternyata care adalah buah dari ketakwaan. Mari kita bedah lebih dalam.

Secara bahasa care menunjukkan sikap peduli, memperhatikan, atau memberikan perhatian kepada seseorang atau sesuatu. Misalnya, “I care about you” (Saya peduli padamu).

Kemudian “care” juga bisa berarti rasa tanggung jawab atau minat terhadap sesuatu. Contohnya, “environmental care” (kepedulian terhadap lingkungan) atau “customer care” (kepedulian terhadap pelanggan).

Kata kunci dari care adalah tindakan atau sikap memberi. Baik memberikan rasa peduli, perhatian, bahkan tanggung jawab. Dengan sikap memberi itu kita bergerak melakukan kebaikan untuk satu dampak kebaikan yang lebih kuat dan luas.

Care Kapanpun Juga

Dalam Islam, orang bertakwa itu adalah yang care (yunfiqun). Artinya memberikan infak (wujud kepedulian), baik dirinya dalam kondisi lapang maupun kondisi sempit (QS. Ali Imran: 134).

Secara etimologis, “yunfiqun” berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata kerja “anfaqa” yang berarti “menghabiskan” atau “membelanjakan”.

Dalam konteks agama Islam, “yunfiqun” merujuk pada tindakan membelanjakan harta di jalan Allah, baik berupa zakat, infak, sedekah, atau wakaf.

Sekarang kita bedah sedikit, memberi uang kepada pengemis, apakah itu care (infaq)? Jika iya, maka lakukanlah karena itu buah takwa dalam hati.

Melihat anak yatim tidak bisa sekolah, kita berikan dia beasiswa, baik langsung kepada keluarga atau melalui lembaga zakat, itu adalah care. Dan, yang pasti itu adalah buah dari ketakwaan.

Jadi, Islam ini mendorong kita bertakwa dengan bentuk yang jelas dan nyata, yakni berdaya guna bagi sesama yang memerlukan.

Tapi apakah memberikan perhatian, kebaikan, harus dalam bentuk uang? Umumnya begitu.

Akan tetapi segala bentuk kepedulian yang dasarnya adalah ingin mendapat ridha Allah, itu adalah care, infak itu sendiri. Misalnya seseorang memiliki keahlian arsitektur, kemudian ia membantu persiapan pembangunan masjid untuk warga pedalaman dengan sedikit atau tanpa biaya (secara profesional), itu juga takwa.

Dalam kata yang lain, takwa itu mudah dan siapa saja bisa melakukannya. Prinsipnya satu, memberikan perhatian, kepedulian bahkan mengambil tanggung jawab untuk menghadirkan kebaikan.

Kesehatan

Lebih dari itu, orang bertakwa juga akan sehat. Karena dia selain gemar memberi, juga pandai mengelola emosi, yaitu amarah.

Baca Juga: Anak Muda Harus Siap Memimpin

Orang yang marah (secara berlebihan) cenderung dapat mengundang ketidaksehatan bagi tubuhnya.

Saat seseorang marah, detak jantung meningkat, memompa darah ke kepala hingga wajah orang itu memerah.

Selain itu, saat Anda mempertimbangkan respons melawan atau lari, napas orang itu menjadi pendek.

Rebecca Frank, seorang konselor dari Courage to Connect Counseling, AS, menjelaskan bahwa kemarahan memicu pelepasan hormon seperti kortisol, yang bisa merusak neuron di hipokampus, area otak yang bertanggung jawab atas penyimpanan memori. Akibatnya, proses pembentukan memori baru terganggu dan seseorang bisa mengalami lupa sesaat.

Untung kalau lupa sesaat itu berhenti, kalau terus menerus, itu pikun. Dan, tentu sangat merugikan diri.

Dengan demikian kita penting mulai memahami Alquran dengan lebih aplikatif, yang memberikan kesadaran tinggi sekaligus manfaat langsung, bahwa menjadi bertakwa, artinya menjadi lebih care terhadap segala jenis kebaikan yang Allah sukai.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment