Home Kajian Utama Cara Berpikir Minimal Seorang Pemimpin
Cara Berpikir Minimal Seorang Pemimpin

Cara Berpikir Minimal Seorang Pemimpin

by Imam Nawawi

Tema cara berpikir minimal seorang pemimpin saya anggap penting karena satu alasan utama. Yakni bahwa seorang pemimpin harus mampu berpikir adil.

Oleh karena itu untuk memahami siapa orang yang mampu berpikir adil, kita tidak bisa menentukan, kecuali dengan memerhatikan jejak rekam seseorang dalam kehidupan.

Masyarakat jahiliyah itu memang bobrok moralnya. Akan tetapi mereka masih komitmen pada apa itu keadilan. Bagi mereka indikator orang mampu berpikir adil adalah integritas, ada kejujuran dalam dirinya.

Baca Juga: Gunung dan Watak Pemimpin

Oleh karena itu ketika pemuka masyarakat Quraisy berhadapan dengan jalan buntu perihal siapa yang pantas mengangkat, kemudian meletakkan hajar aswad ke dalam Ka’bah. Ide masyarakat adalah meminta pandangan Muhammad muda (kala itu belum menjadi Nabi dan Rasul).

Muhammad memberikan usulan agar ada kain sebagai media mengangkat batu. Dimana pada masing-masing ujung alas yang berupa kain itu, para tokoh membagi posisinya untuk mengangkat bersama-sama. Kemudian, setelah batu mendekat ke Ka’bah, Muhammad yang mengambil peran meletakkannya.

Mengapa masyarakat Quraisy tidak menolak? Jelas, karena Muhammad bin Abdullah SAW itu memang sosok dengan kepribadian yang jujur dan adil.

Bukan Polesan

Seorang pemimpin akan mau dan mampu berpikir adil atau menjadikan keadilan sebagai jalan kehidupannya kalau dia memafhumi apa itu iman.

Dalam Islam jelas, iman seseorang bisa sampai pada level dusta, kalau sampai tidak memperdulikan kaum fakir dan miskin serta anak-anak yatim. Simpel bukan Islam memberikan kriteria orang itu beriman atau tidak?

Artinya, pemimpin itu memang harus kita siapkan. Kalau kita tidak mempersiapkan maka kita harus melihat sejarahnya. Apakah ada dia, pada masa sekolah, kuliah dan dalam kehidupan masyarakatnya terlibat dalam urusan-urusan keumatan, kebangsaan.

Ketika ada orang tiba-tiba muncul dengan polesan lalu kita harus percaya bahwa ia adalah calon pemimpin baik dan andal, nanti dulu. Cek sejarahnya, siapa dia.

Demokrasi di Indonesia sebenarnya tidak begitu masalah. Hanya masalahnya masyarakat belum memiliki pemahaman mendalam bahwa memilih pemimpin butuh penelusuran, sehingga ada pengetahuan dan pertanggungjawaban mengapa memilih A, B atau Z sebagai pemimpin.

Begitu masyarakat memilih hanya karena uang dan polesan media sosial atau media massa, maka sebenarnya dampak dari keputusan itu adalah kesengsaraan, lahir dan batin.

Rakyat dan Rakyat

Melalui paradigma di atas sekarang kita harus melihat, mana orang yang akan maju sebagai pemimpin di negeri ini yang punya perhatian konkret kepada rakyat dan rakyat.

Sungguh, seorang pemimpin yang tidak memiliki prioritas kesejahteraan rakyat ia akan menjadikan negeri ini “jualan” untuk yang memiliki kekayaan. Soal rakyat makan, sekolah atau sakit, itu tidak jadi pikiran mereka.

Baca Lagi: Ketika Dunia Bak Neraka

Kalau negara menghadapi sebuah ancaman, apalagi ekonomi, maka seketika orang yang tidak mampu berpikir adil akan segera mengorbankan rakyatnya demi apa yang mereka pikiran penting.

Namun hidup selalu memberikan jalan terjadinya alterasi peradaban yang kian maslahat. Kalau kita sadar dan mau berubah, kita pun bisa merekacipta sejarah.

Sebagaimana dahulu, Bilal bin Rabah yang seorang budak, mampu menjadi inventivitas kehidupan zaman, karena kesadarannya akan siapa manusia dan Tuhan secara luas dan mendalam.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment