Memulai paparan visi misi dan program kerja di bidang pertanian, Cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengutip ungkapan KH Hasyim Asyari pendiri NU. “Petani adalah penolong negeri.” Namun sayang faktanya petani tak mendapatkan pembelaan memadai dari pemerintah yang berlangsung.
Bicara petani sebenarnya tidak lepas dari geografi Indonesia yang memiliki tanah subur dan laut yang kaya akan keanekaragaman hayati yang potensial sebagai sumber komersial untuk mensejahterakan rakyat.
Oleh karena itu tidak berlebihan kalau dahulu muncul istilah “Gemah Ripah Loh Jinawi.” Artinya Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah.
Baca Juga: Pasca Debat Caprres, Apa yang Perlu Kita Lakukan?
Namun sebagaimana ungkapan Sayyidina Ali, kebaikan yang tak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir.
Keberpihakan
Oleh karena itu Cak Imin akan mendorong perubahan untuk kemajuan pertanian di dalam negeri.
Sebagaimana kita ketahui, lahan pertanian menciut seiring perkembangan industri. Tidak sedikit lahan pertanian jadi pabrik.
Sementara itu dari sisi empiris, tak banyak orang yang beruntung kala memilih jadi petani, sehingga banyak anak muda ogah meneruskan upaya perekonomian bangsa dengan menjadi petani.
Fakta-fakta itu tentu bukan hal biasa. Butuh keberpihakan yang konkret kepada nasib petani. Ingat, sebuah bangsa bisa maju secara ekonomi dan industri luar biasa.
Tetapi tidak satu pun bangsa di dunia yang tak butuh makan. Oleh karena itu keberpihakan terhadap petani akan mendorong kemajuan dan bahkan membawa Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.
Mungkinkah?
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah mungkin?
Mahfud MD mengatakan petani bangga bertani, di laut jaya nelayan sejahtera. Ia bahkan mengkritik food estate yang dalam banyak berita dikabarkan tidak menghasilkan apa-apa.
Dalam hal ini kita butuh komitmen dan pembukitan. Dan, dari paparan visi misi ini rakyat bisa menagih ke depan kepada yang menang dan jadi presiden dan wakil presiden.
Baca Lagi: Debat Capres Ke-3, Siapa Berjaya?
Jangan sampai seperti sebelum ini, petani hanya indah dalam narasi visi dan misi namun tetap tak berubah dalam kenyataan.*