Siang ini (3/5/23) saya seperti driver mobil yang melintasi jalanan dengan kecepatan sangat tinggi, katakanlah 125 Km/Jam. Tepatnya ada lebih dari 5 naskah harus tuntas segera. Tetapi, setelah usai, ternyata ada buru-buru yang tidak boleh, yaitu buru-buru soal rezeki.
Adalah Ustadz Oemar Mita yang menerangkan hal itu dalam tausiyahnya di channel Youtube Moslem_Mind.
Bahwa manusia sangat tidak sabar alias sangat terburu-buru dalam hal rezeki. Sampai-sampai ada yang potong kompas menempuh jalan yang haram.
Baca Juga: Rezeki Besar
Padahal konsep rezeki itu, kata Ustadz Oemar Mita, seperti yang Hasan Bashri tegaskan. Bahwa dirinya tidak khawatir soal rezeki. Karena rezekiku tidak akan tertukar dengan rezeki orang lain. Pun sebaliknya.
Salah satu bukti kuat orang tidak sabar dengan rezeki adalah gemarnya orang menggunakan riba sebagai praktik berekonomi.
Padahal jelas, riba itu mafsadatnya luar biasa, dunia bahkan akhirat.
Spesial
Orang yang benar imannya tidak akan tergesa-gesa dalam hal rezeki.
Orang, kata sebagian ulama, walaupun jahat, tidak sholat dan sebagainya, bisa saja berbuat baik.
Akan tetapi yang mampu meninggalkan yang munkar dan menjauhi yang haram, hanya orang-orang yang benar dan jujur imannya. Merekalah orang-orang yang spesial.
“Dan diantara godaan terbesar manusia adalah harta. Yaitu harta yang haram,” tegas beliau.
Oleh karena itu sabar, sadar dan tetap ikhlas ikhtiar dalam mencari rezeki dengan jalur-jalur yang halal.
Jadilah orang yang bisa menikmati rezeki. Sedikit tetap hadirkan jiwa penuh syukur. Kalau pun banyak tetap bersyukur dengan jadi pribadi yang banyak infak dan sedekah.
Penyadaran
Tentu saja paparan Ustadz Oemar Mita ini penting kita perhatikan sebagai upaya melakukan penyadaran.
Sebab kadangkala cara berpikir manusia cenderung pada dunia, sehingga terburu-buru mendapat harta, tanpa lagi peduli halal dan haram.
Ujian Kelapangan
Lebih lanjut Ustadz Oemar Mita menerangkan perihal fitnah (ujian) berupa kelapangan.
Kelapangan adalah ujian. Ketika kelapangan Allah buka, laut mengeluarkan minyak, bumi memunculkan batu bara dan gunung menyembulkan emasnya, manusia semakin eksploitatif terhadap alam.
Baca Lagi: Yang Membahagiakan
Dampaknya jelas, kerusakan alam terjadi dimana-mana. Mulai dari penurunan produktivitas lahan, kepadatan tanah bertambah, terjadinya erosi dan sedimentasi, hingga muncul gerakan tanah atau longsor, sampai terganggunya kehidupan flora dan fauna.
Termasuk banjir yang belakangan kerap terjadi adalah karena ulah tangan manusia yang serakah.
Dalam hal ini maka manusia memang butuh menyadarkan diri. Islam sebagai peradaban memberi solusi, bahwa soal rezeki jangan terburu-buru.
Mungkin orang bisa cepat kaya dengan aktivitas haram, tetapi kaya saja tidak cukup. Kerusakan di muka bumi ini adalah akibat keserakahan orang-orang yang tentu saja ingin terus-menerus menumpuk harta.
Jadilah kaya dengan cara yang bermartabat. Dan, isilah kehidupan ini dengan amal-amal sholeh.
Jangan sampai seperti kata Al Quran, manusia sibuk mengisi hidup bermegah-megahan. Hanya berhenti kala dikebumikan.*
Mas Imam Nawawi