Sebagian besar dari orang Indonesia mungkin sangat sedikit yang pegang uang sampai Rp. 400 T itu. Jumlah itu baru bunga utang yang harus pemerintah bayar tiap tahunnya. Yang kata AHY, angka sebesar itu setara dengan realisasi anggaran pendidikan APBN 2022. Jutaan pelajar bisa kuliah dengan uang sebanyak itu.
“Per Maret 2023, utang kita mencapai lebih dari Rp 7.800-an triliun rupiah. Porsi APBN untuk membayar cicilan dan bunga semakin besar. Jika rata-rata bunga utang mencapai 400-an triliun rupiah per-tahunnya, maka itu setara dengan realisasi anggaran pendidikan pada APBN 2022. Itu baru bunga, belum cicilan pokoknya,” kata AHY seperti dalam keterangannya, Minggu (15/7/2023) dilansir detik.com.
Ketua Umum Partai Demokrat AHY melanjutkan penjelasannya, uang Rp. 400 T itu bisa apa.
Baca Juga: Guru Harus Bergaji Seperti Komisaris, Kalau Ingin Pendidikan Maju
“Bayangkan, bisa jadi apa bunga utang 400 triliun rupiah itu. Jika biaya kuliah mahasiswa hingga lulus tingkat sarjana; baik pendidikan dan biaya hidup per orang mencapai 200 juta rupiah, maka kita bisa menguliahkan dua juta orang pelajar, ke kampus-kampus terbaik di Indonesia,” ujar AHY.
Kurangnya Pembangunan Manusia
Belakangan ini kita melihat pemerintah sangat fokus membangun infrastruktur, namun tampak seakan-akan kurang dalam hal pembangunan manusia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 ada sekitar 2,4 juta lulusan SMA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Sekitar 1,2 juta di antaranya tidak melanjutkan kuliah karena alasan ekonomi.
Biaya kuliah yang mahal, menjadi sebab utama, mengapa banyak pelajar tidak bisa melanjutkan kuliah.
Selain itu, biaya hidup di kota-kota besar juga cukup tinggi, sehingga menambah beban pelajar kurang mampu, semakin sulit mereka bisa mewujudkan impian, bisa kuliah.
Dalam hal ini bisa juga karena kurangnya program beasiswa dan bantuan keuangan dari pemerintah. Bukan tidak ada sama sekali, mungkin pemerintah telah meluncurkan program tersebut, namun jumlahnya masih sangat terbatas alias belum memadai.
AHY kemudian memberikan pandangannya mengapa hal seperti itu sampai terjadi.
“Sulit dimengerti, ketika ekonomi menurun, kekuatan fiskal melemah, utang tinggi, pemerintah justru membangun infrastruktur secara besar-besaran. Apalagi, sebagian proyek dan megaproyek itu, tidak berdampak langsung pada kehidupan dan kesejahteraan rakyat, yang tengah mengalami tekanan. Seharusnya, masih bisa ditunda pelaksanaannya,” tegasnya.
Solusi
AHY tak sekadar memberikan kritik kepada pemerintah, tetapi juga mengusulkan solusi.
Ia mendorong pemerintah mau meningkatkan jumlah beasiswa berprestasi dan beasiswa untuk golongan kurang mampu.
Kerjasama pemerintah, lembaga pendidikan dan dunia usaha, perlu terus sama-sama saling menguatkan dan meningkatkan.
Dengan begitu lulusan pendidikan lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan, meningkat pendapatan dan sejahtera secara ekonomi pada akhirnya.
Sistem Rekrutmen Dini
Memberi jalan pelajar Indonesia yang tidak mampu bisa meraih impian kuliah dengan biaya murah atau bahkan beasiswa dari pemerintah sejatinya tidak terlalu sulit.
Baca Lagi: Menjadi Guru Peradaban
Hal itu bisa menempuh cara menggunakan sistem nilai dari rapor baik sekolah negeri maupun swasta, yang juga penilaian sekolah terhadap murid bersangkutan perihal perilaku, akhlak, dan karakter positif yang ada pada diri anak.
Data itu kemudian menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten dan kota untuk selanjutnya mendapat prioritas beasiswa dari pemerintah setempat jika kuliah di daerah yang sama. Tentu saja dari sisi anggaran pemerintah provinsi dan pusat tetap harus memberikan dukungan.
Lebih jauh, pemerintah juga penting berupaya meningkatkan kualitas pendidikan pada jenjang sekolah menengah.
Langkah ini akan memungkinkan pelajar yang kurang mampu juga dapat akses pendidikan memadai, sehingga juga bisa berprestasi secara akademik. Langkah ini akan membantu mereka yang kurang mampu tetap punya optimisme berprestasi secara akademik dan mendapat beasiswa untuk bisa kuliah.*