Home Kajian Utama Bukan Tuhan yang Butuh Pujian Tapi Manusia yang Harus Sadar Diri
Bukan Tuhan yang Butuh Pujian Tapi Manusia yang Harus Sadar Diri

Bukan Tuhan yang Butuh Pujian Tapi Manusia yang Harus Sadar Diri

by Imam Nawawi

Kala membuka surah Ibrahim (ayat 6-8), kita akan menemukan kisah Nabi Musa as berdialog dengan kaumnya. Kaum Nabi Musa as terkenal banyak yang berat kepala. Mereka merasa bahwa Tuhan memerlukannya. Cara berpikir seperti itu bentuk ketidaksadaran manusia terhadap dirinya, sekaligus terhadap Tuhan, Allah Ta’ala.

Kaum Nabi Musa as tidak melihat peristiwa besar berupa penyelamatan dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya sebagai nikmat.

Seketika setelah aman dari kejaran Fir’aun, kaum Nabi Musa as sebagian langsung ingkar.

Melihat keadaan itu, Nabi Musa as pun memberikan peringatan.

Baca Juga: Bersyukur Sepanjang Waktu

Bahwa coba ingat perjalanan hidup kalian, saat Fir’aun membunuh bayi laki-laki kalian dan menyelamatkan kalian hari ini dari Fir’aun. Itu semua datang dari Allah. Dan, karena itu mari bersyukur.

Pelajaran

Dari kisah kaum Nabi Musa as ini kita dapat sebuah pelajaran terang bahwa bersyukur adalah keharusan, siapapun kita.

Sebab, kalau kita mau perhatikan baik-baik, ada begitu banyak momen yang kita menjadi selamat, berhasil dan mendapat kenikmatan besar dalam hidup ini.

Ingatlah itu tidak mungkin karena semata usaha kita, tetapi karena rahmat Allah.

Dan, betapa banyak keajaiban dalam hidup yang kita rasakan. Bagaimana kita tanpa terasa bisa sekolah sampai lulus kuliah.

Lalu kemudian tanpa kita sadari Allah berikan kita ilmu, skill, yang kita sendiri tidak membayangkan itu akan kita miliki dalam hidup ini.

Harus kita sadari, kebaikan apapun yang kita miliki hari ini, termasuk segala kesulitan pada masa lalu yang berhasil kita lewati, itu karena rahmat Allah. Jadi mari bersyukur kepada-Nya.

Allah Maha Terpuji

Terhadap kaumnya, Nabi Musa as memberikan keterangan.

Baca Lagi: Menulis itu Mencipta

“Dan Musa berkata, ‘Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 8).

Ayat itu menerangkan bahwa sadar akan nikmat Allah dalam kehidupan kita, lalu kita bersyukur kepada-Nya, adalah jalan terbaik untuk terus hidup bahagia.

Sebaliknya, kalau kita kufur, bersama seluruh penduduk bumi sekalipun, itu hanya akan membuat diri sendiri tersungkur. Karena iman orang mukmin tak memberi manfaat kepada-Nya. Sebaliknya kekufuran orang-orang kafir tidak akan merugikan-Nya.

Mulai detik ini, mari ingat-ingat nikmat Allah. Ingat yang bisa membuat dada ini berguncang kemudian lelehkan air mata. Setelah itu ucapkanlah, “Alhamdulillah” dengan teriakan paling kuat, walaupun dalam hati. Insha Allah bahagia segera menyelimuti jiwa raga kita.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment