Mas Imam Nawawi

- Artikel

Bukan Keadaan Tapi Perasaan yang Buat Orang Bahagia

Sebagian orang membayangkan dirinya akan bahagia kalau keadaannya begini. Maka orang ada yang rela kerja tanpa kenal waktu. Bahkan ada yang liburan tanpa ada batasan. Hasilnya, sudah pasti stres. Karena bahagia itu bukan keadaan, tetapi perasaan dalam hati seseorang. Dunia ini semu, fatamorgana dan memang benar-benar sementara. Maka sering orang mengatakan, rasanya baru kemarin liburan, […]

Bukan Keadaan Tapi Perasaan yang Buat Orang Bahagia

Sebagian orang membayangkan dirinya akan bahagia kalau keadaannya begini. Maka orang ada yang rela kerja tanpa kenal waktu. Bahkan ada yang liburan tanpa ada batasan. Hasilnya, sudah pasti stres. Karena bahagia itu bukan keadaan, tetapi perasaan dalam hati seseorang.

Dunia ini semu, fatamorgana dan memang benar-benar sementara. Maka sering orang mengatakan, rasanya baru kemarin liburan, besok sudah harus bekerja lagi.

Sekali lagi, hal itu karena orang mematok kebahagiaan pada keadaan. Padahal sekali lagi, bahagia itu ada dalam perasaan yang muncul dari hati.

Perasaan adalah kondisi emosi dalam tubuh yang ditangkap oleh akal dan dikonfirmasi oleh hati dengan hasil pengertian rasional sehingga seseorang mengerti akan sesuatu dengan baik.

Baca Juga: Kuatkan Sifat Kasih dan Sayang

Orang yang masuk ke dalam masjid, pasti akan menghadirkan perasaan nyaman. Karena badan merasakan aura yang berbeda, akal memahami masjid tempat yang baik. Kemudian hati memastikan, inilah tempat yang kucari, bikin adem.

Kontrol Diri

Saat kita memahami bahwa bahagia itu muncul dari perasaan dalam diri, maka kita akan mampu melakukan kontrol diri.

Akhirnya kita akan tahu, mana yang bisa kita lakukan dan mana yang tidak bisa kita lakukan.

Ini justru akan menstabilkan pikiran seseorang. Terlebih kala ia bekerja namun tidak mendapat respon memadai dari atasannya. Atau ia berkorban, namun kata orang habis manis sepah dibuang. Ia tidak akan kecewa, tetapi memahami semua dengan kebesaran hati.

Kekuatan

Nah, orang yang mampu mengontrol diri pada akhirnya akan punya kekuatan, terutama kekuatan fokus dan target.

Orang itu mengetahui hal baik atau buruk. Kemudian ia memilih dan melakukan hal yang benar dengan sebaik-baiknya.

Baca Lagi: Manfaat Menikah Bagi Fisik dan Mental

Ia akan berhenti menakut-nakuti dirinya sendiri dengan pikiran yang tidak-tidak. Ia berfokus pada apa yang bisa ia lakukan, apa yang baik, dan apa yang benar dengan sebaik-baiknya.

Ia juga akan memilih sibuk meningkatkan kualitas diri lebih baik.

Daripada sakit hati karena ucapan dan perilaku orang, ia akan memilih menjalani hobinya dengan penuh konsentrasi.

Bersyukurlah orang yang hobinya membaca, ia akan terus membaca. Kemudian berinteraksi dengan komunitas yang membangun hobinya jadi lebih baik.

Lebih jauh, ia sadar, bahwa jalan menjadi bahagia paling manjur adalah bersyukur setiap hari.

Dan, kalau kita renungkan baik-baik, bahagia itu memang bukan soal rame-rame dan fota-foto. Tetapi, bahagia itu saat kita sendiri dan merasa dekat dengan Tuhan.

Itulah salah satu hikmah kenapa kita ditunggu Tahajjud oleh Allah Ta’ala. Agar kita merasakan bahagia yang sesungguhnya.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *