Apa yang membuat orang terguncang dalam menghadapi hidup ini? Mungkin musibah atau masalah. Namun yang sebenarnya terjadi adalah karena diri sendiri tak dapat mengambil inspirasi dari Nabi SAW sebagai energi mengisi hari demi hari.
Ketika orang membahas kehidupan Nabi, sebenarnya ada inspirasi yang bisa jadi energi besar di dalamnya.
Contoh ketika Rasulullah SAW mendapat penolakan dari penduduk Thaif dengan teriakan buruk dan lemparan batu. Nabi SAW tidak marah.
Itu karena Nabi paham Islam pasti akan menang. Kalau beliau SAW kali ini menjadi korban ketidaktahuan masyarakat Thaif, maka itu adalah bagian dari pengorbanan.
Nabi SAW pun menolak tawaran malaikat penjaga gunung untuk menimpakan gunung itu. “Jangan, mereka tidak tahu. Kelak anak cucu mereka akan mengikuti Islam ini.”
Dalam kata yang lain Nabi SAW punya harapan jangka panjang (visioner). Pada saat yang sama Nabi SAW sedang memberikan panduan kepada umatnya bagaimana cara menghadapi penolakan dakwah itu sendiri. Sehingga hati tak mudah berguncang. Mungkin hati sakit sekali tapi dengan ingat Ilahi, hati kembali memahami.
Diri yang Mengikuti Ekspektasi Orang Lain
Kalau kita hubungkan dengan kehidupan sebagian orang, yang merasa bahagia, puas dan berhasil kala bisa memberikan harapan atau ekspektasi orang lain, maka kita dapat melihat dengan jelas, itu kebodohan.
Semalam (26/4/25) saya membaca buku karya Ichiro Kishimi & Fumitake Koga. Judulnya “Berani Tidak Disukai.”
“Berharap begitu kuat untuk diakui akan mengarah pada hidup yang dijalani dengan mengikuti ekspektasi yang dimiliki orang lain, yang menginginkan engkau menjadi “orang seperti ini”.
Ketika itu terjadi, sebenarnya seseorang tengah membuang jiwa yang sejati dan hidup untuk orang lain.
Jadi betapa ruginya orang yang hidupnya hanya membuang waktu. Karena tidak sadar akan esksistensinya sebagai manusia sekaligus hamba Allah.
Kalau kita mengenal Nabi SAW, maka kita akan mendapat banyak keuntungan. Karena sosok Nabi SAW adalah model manusia terbaik.
Siapa mengikuti Nabi SAW ia sedang membangun jiwanya yang secara iman, mental dan intelektual kokoh dan solid.
Sebab Nabi SAW figur yang tak butuh dukungan materi dari manusia. Ia uswatun hasanah (teladan terbaik). Jadi, mulailah bangun kesadaran, hidup dengan semangat mengikuti Nabi SAW, meski itu kecil dan perlahan.
Kendalikan Diri
Sekarang mari kita renungkan. Terkadang, kita terjebak dalam pemikiran bahwa kita harus mencapai segala sesuatu dengan kekuatan diri sendiri.
Namun, jika kita merenung lebih dalam, inspirasi sejati justru datang dari teladan yang telah diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam setiap langkah hidup beliau, kita menemukan nilai kebijaksanaan, kesabaran, dan pengorbanan yang jauh melebihi batas kemampuan manusia biasa.
Bukan hanya kisah pribadi beliau, tetapi cara beliau menginspirasi umat untuk terus berjuang, bahkan dalam kesulitan, menjadi fondasi kuat dalam kehidupan seorang Muslim.
Kita telah dapat teladan untuk tidak hanya mengandalkan kekuatan diri semata. Walakin juga bagaimana bersandar pada prinsip-prinsip yang Nabi ajarkan. Berupa keteguhan dalam iman, kasih sayang terhadap sesama, dan kepedulian terhadap orang lain.
Nabi Muhammad SAW adalah contoh sempurna bagaimana setiap tindakan dilandasi oleh niat baik dan tujuan yang lebih besar—yakni untuk memberi manfaat bagi umat manusia, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Ini adalah pelajaran yang harus terus kita bawa dalam kehidupan sehari-hari, terlepas dari tantangan yang kita hadapi.
Puncaknya, kita memahami bahwa inspirasi terbesar dalam hidup kita bukan berasal dari pencapaian pribadi, melainkan dari teladan Nabi Muhammad SAW.
Dalam setiap langkah dan ajaran beliau, kita menemukan bimbingan untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna dan penuh cinta kasih.
Oleh karena itu, kita harus selalu kembali pada sumber inspirasi yang tak lekang oleh waktu ini untuk menemukan kekuatan dalam menghadapi setiap ujian dan berbagi kebaikan kepada sesama.*