Bu Guru Nani ajak orangtua tidak terjebak nilai akademik. Maksudnya?
Bicara sekolah tentu saja cenderung identik dengan penilaian akademik. Dan, sekian lama banyak orangtua murid yang sangat takut kalau nilai anak-anaknya jelek. Ada yang marah, kecewa, bahkan ada yang tidak lagi punya semangat hidup. Padahal hidup ini tidak melulu akademik.
Namun, belakangan viral seorang guru yang inspiratif. Berangkat dari status WA guru itu, banyak pihak tercerahkan dan selamat dari jebakan (logika) akademik belaka.
Baca Juga: 3 Langkah Ini Buat Semangat Baca Meningkat
Murid-muridnya biasa memanggilnya dengan sapaan Bunda. Hal ini karena ia tidak saja berinteraksi dengan murid sebatas guru secara formal. Tetapi juga sahabat dalam banyak kesempatan dengan murid-muridnya.
Bu Nani adalah guru di SMKN 1 Tambun Selatan. Sebelum menjadi guru ia pernah bekerja pada banyak perusahaan swasta yang bergerak di sektor perbankan dan industri.
Boleh jadi inilah yang menjadikan Bu Guru Nani sangat terampil dalam komunikasi dan interaksi dengan murid-muridnya.
Logika Hidup Progresif
Bu Guru Nani – bernama lengkap Nani Roswati – menuliskan satu status WA yang memang sangat penting dan banyak orangtua penting memahami dengan baik dan mendalam.
Sebenarnya cukup banyak sisi yang beliau ingatkan. Namun kita ambil cuplikannya saja.
“Ada calon seniman yang tidak perlu mengerti matematika, ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada fisika.”
Artinya orangtua dan guru penting mengenali putra dan putrinya dengan baik dan mendalam.
Lebih kemana bakat atau potensi dan kecenderungan anak. Kalau memang ingin menjadi seorang pengusaha, ya, untuk apa orangtua menangis kalau nilai olahraganya tidak bagus.
Begitu kira-kira logika progresif yang hendaknya orangtua miliki dalam melihat anak-anaknya.
Hadapi yang Lebih Besar
Justru orangtua, menurut Ibu Guru Nani harus lebih menyadarkan anak-anak akan tantangan hidup. Soal nilai ujian, cukup katakan, “tidak penting berapapun nilai ujian mereka.”
Sebab ada hal yang lebih penting. Yakni bahwa “Anak-anak itu diciptakan untuk sesuatu yang lebih besar lagi dalam hidup ini.”
Kemudian pada akhri status wa itu, Ibu Guru Nani memberikan satu penegasan, bahwa yang hidup bahagia di dunia ini bukanya dokter dan insinyur.
“Berhentilah berpikir bahwa hanya dokter dan insinyur yang bahagia di dunia ini.”
Jadilah Pembelajar
Dari Ibu Guru Nani kita jadi tahu bahwa hidup anak-anak kita bukan sebatas akademik, lebih spesifik nilai yang mereka peroleh.
Tetapi satu hal yang pasti anak-anak butuh kebesaran jiwa dan motivasi serta doa tulus para orangtua.
Justru tugas terpenting orangtua adalah bagaimana memberikan keteladanan jadi seorang manusia yang pembelajar. Yang membaca dan menulis serta berpikir tidak harus selalu formal di sekolah atau kala masih kuliah.
Ketika orangtua mampu jadi teladan sebagai pembelajar, insha Allah, cepat atau lambat anak akan memaksimalkan hidupnya dengan baik. Dan, boleh jadi mereka akan tumbuh jadi manusia-manusia luar biasa.
Sebatas contoh (yang tak boleh sembarangan orang meniru) Buya Hamka tidak sekolah formal, namun lihat karya-karya tulis dan kiprah perjuangannya.
Baca Lagi: Langkah Membaca untuk Memahami
Demikian pula dengan Mark Zuckerberg. Tidak lulus kuliah namun menjadi manusia berpengaruh dalam bidang IT. Ingat sekali lagi, itu karena mereka adalah orang yang memiliki mental pembelajar.
Sebab tidak sedikit fakta lapangan, anak-anak berhenti sekolah sedangkan mental pembelajarnya belum tumbuh, maka ia benar-benar hanya pernah punya catatan berhenti atau keluar dari sekolah.*