Home Kajian Utama BPU: Bangun Mentalitas Profetik
BPU: Bangun Mentalitas Profetik

BPU: Bangun Mentalitas Profetik

by Imam Nawawi

Dalam sebuah kesempatan Bapak Pemimpin Umum Hidayatullah KH. Abdurrahman Muhammad menerangkan pentingnya setiap Muslim memiliki mentalitas profetik.

“Bahwa karena adanya tujuan peradaban, berarti semua pekerjaan didorong oleh spiritual. Semua pekerjaan didorong karena ibadah kepada Allah,” tegas beliau seperti juga telah tayang pada channel Youtube Majalah Sahid.

Hanya kesadaran spiritual (Islam) yang bisa mendrive jiwa manusia menjalani kehidupan dunia ini dengan tujuan dan alasan yang mulia.

Buah dari kesadaran itu seseorang akan mampu bekerja dengan kualitas terbaik. Ia tidak terlalu risau dengan aspek-aspek yang tidak substansi. Waktu akan jadi kekayaan yang ia gunakan sebaik mungkin.

Kesehatan akan ia syukuri dengan terus menghasilkan produktivitas penting bagi peradaban umat.

Baca Juga: Menikmati Aktivitas Kebaikan

Bahkan kompetensinya akan semakin tajam, sehingga semakin progresif dalam memberi respon atau bahkan gagasan gemilang untuk memberi perspektif bagaimana menyelesaikan permasalahan umat Islam.

KH. Abdurrahman Muhammad kemudian memberikan bagaimana kesadaran itu menggumpal dalam bentuk niat atau bahkan tekad mengisi kehidupan sehari-hari.

“Saya kerja bukan karena disuruh orang, tetapi saya beribadah kepada Allah. Itu bagus. Profetik.”

Jangkauan Spiritual

Kesadaran atau bisa juga kita sebut kecerdasan spiritual memang sangat penting bagi siapapun.

Kehidupan manusia tidak semua bisa teratasi dengan kemampuan intelektual yang umumnya rasional, logis, dan linier.

Denny JA & Tim ULS dalam buku “Kecerdasan Spiritual untuk Umrah” mengutip hasil sebuah riset yang menegaskan hal itu.

Bahwa dalam banyak penelitian akhirnya orang mengetahui bahwa tes IQ mengandung bias.

Mulai bias budaya, etnis tertentu atau kelompok sosial tertentu.

Lebih jauh soal dalam tes IQ umumnya hanya masyarakat kelas menengah kaya saja yang mengenal.

Artinya kesadaran intelektual semata, itu tidak cukup. Bahkan walaupun orang berhasil memadukannya dengan kecerdasan emosional. Orang tetap sangat membutuhkan kecerdasan spiritual.

Oleh karena itu kalau kita memperhatikan sejarah dengan seksama, orang yang tercerahkan secara spiritual mampu melakukan perubahan diri secara luar biasa.

Bahasa pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said, Umar yang tempramen, ketika tersentuh wahyu (cerdas secara spiritual) langsung menjadi sosok pemberani dalam menentang kebatilan.

Sifat temperamen tetap ada tapi sudah pada posisi yang tepat. Yakni melawan kebatilan.

Umar bahkan tidak suka dengan puja-puji, termasuk ungkapan beberapa sahabat yang menyatakan Umar adalah pemimpin terbaik karena berhasil menaklukkan banyak negeri.

Umar berkata, tidak demikian. Kalau benar penaklukkan yang menghasilkan begitu banyak ghanimah ini adalah hal terbaik, sudahlah pasti Allah akan membukanya pada masa Nabi SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Perubahan Besar

Dengan demikian kecerdasan spiritual memang menjadi landasan lahirnya perubahan besar dalam diri seseorang.

Baca Lagi: Jadi Suami Jangan Seenaknya Saja

Zaid bin Haritsah secara strata sosial bukanlah dari kalangan bangsawan. Ia bahkan budak yang Nabi SAW merdekakan.

Akan tetapi dengan kecerdasan spiritual ia bisa memiliki anak bernama Usamah, yang populer dengan panggilan Usamah bin Zaid dengan kapasitas sebagai sosok panglima perang.

Artinya, Islam mendorong setiap orang mampu berbenah bahkan berubah.

Tidak peduli orang itu dari kalangan mana, kalau kecerdasan spiritual hadir, ia akan jadi insan-insan yang profetik. Yang mampu menempa dan mengubah diri penuh manfaat bagi peradaban.

Tepatlah pesan KH. Abdurrahman Muhammad kepada kita semua, bahwa kita harus membangun mentalitas insan profetik, bukan sebatas profesional yang industrialis dan kapitalis belaka.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment