Pagi masih menghembuskan hawa sejuk, matahari pun tampak makin percaya diri dengan kehangatan yang mulai terasa. Saya bersama Bang Majlis dan Bang Hanif membelah jalanan ibu kota. Ya, untuk satu agenda, bincang di Radio MSK (13/9/22).
Radio Masjid Sunda Kelapa (MSK). Menurut bagian penanggungjawab radio, Bapak Jumatno radio itu adalah wakaf dari Bapak Aksa Mahmud.
Saya sendiri dua kali punya kenangan bersama Bapak Aksa Mahmud. Pertama di rumah dinas beliau kala masih menjabat di MPR. Kedua, saat kuliah umum STIE Hidayatullah Depok beberapa tahun silam.
Lebih jauh, Bapak Jumatno menuturkan bahwa Radio MSK memiliki pendengar militan, loyal, dan interaktif. Hal itu dapat dilihat dari interaksi yang terjalin antara Radio MSK dengan pendengar itu sendiri.
Baca Juga: Menulis sebagai Pembangkit Semangat
“Kalau radio ini menjual buku ternyata yang beli banyak dan mereka mengatakan bahwa 24 jam mereka selalu mendengar Radio MSK. Apalagi bagi sahabat Muslim yang tunanetra, Radio MSK adalah teman mereka,” tuturnya dalam bincang ringan kami.
Bincang Mindset
Pada kesempatan itu saya menjadi pelawat dalam bincang program Radio MSK. Bang Majlis juga menjajari saya dalam even itu yang langsung dipandu oleh Bunda Fitri. Sosok yang murah senyum dan sangat riang.
Beliau memusatkan perbincangan seputar buku ketiga saya “Mindset Surga.”
Panjang lebarlah kami membayankan buku itu. Tetapi intinya, orang yang ingin kebahagiaan. Dan, bukan hanya hari ini, maka ia sangat butuh dengan yang namanya mindset surga.
Sebuah cara berpikir yang mencoba memahami kehidupan benar-benar sesuai kehendak Allah, yakni membaca, mendengar, memikirkan, merasakan, menghayati dan merenungkan ajaran Islam.
Banyak orang salah jalan karena tidak mau membaca dan enggan berpikir. Akibatnya ia terjebak realitas saat ini, seakan-akan hidup hanya tentang hari ini dan sekarang. Padahal masih ada esok, ke depan, bahkan akhirat.
Menulis
Ya, karena bicara buku, maka perbincangan pun mengarah pada soal menulis. Ternyata beberapa pendengar tertarik akan tema ini.
Ada yang bertanya apakah menulis itu hobi atau profesi. Kemudian bagaimana caranya menulis tidak takut salah dan percaya diri. Sampai pada bagaimana memulai menulis.
Baca Lagi: Jejak Kebaikan yang Harus Kita Tinggalkan
Menulis sama dengan bersepeda atau berenang. Orang hanya butuh satu tindakan, yaitu gowes atau nyebur.
Ketika orang sudah nyebur ke kolam renang, ngerti teori atau tidak, ia akan bergerak agar tidak tenggelam. Begitupun sepeda, orang harus terus gowes agar seimbang dan berjalan. Jika tidak, segera akan jatuh atau tenggelam.
Langkah kuncinya adalah kuatkan niat. Dan, jangan punya selera untuk berhenti. Maju terus, menulis sepanjang hayat, insha Allah akan bisa menulis.*