Home Hikmah Betapa Adilnya Rasulullah SAW
Betapa Adilnya Rasulullah SAW

Betapa Adilnya Rasulullah SAW

by Imam Nawawi

Hari ini banyak orang bicara keadilan, tetapi apa sebenarnya keadian tidak banyak yang memahami. Terlebih dalam praktik kehidupan sehari-hari. Namun kita dapat menemukan indahnya ajaran Islam soal ini. Kala bicara adil tinggal melihat Nabi akhir zaman, betapa adilnya Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW tidak pernah pilih kasih. Pandangan dan keputusannya dalam banyak hal selalu mengacu pada landasan dan nilai-nilai ajaran Islam. Sejarah selalu memberikan bukti akan hal itu.

Permudah

Suatu waktu, sahabat Nabi bernama Mu’adz bin Jabal ra memimpin sholat Isya’ secara berjama’ah. Pada kesempatan itu, sahabat yang ahli Quran itu membaca Surah Al-Baqarah.

Karena merasa terlalu panjang, seorang jama’ah bergerak, ia salam (membatalkan shalatnya) kemudian shalat sendirian, lalu pulang.

Baca Juga: Mengapa Kebahagiaan dijamin Dalam Islam?

Jama’ah kemudian bertanya kepada orang itu, “Apakah Anda munafiq, wahai fulan?” Orang itu menjawab, “Tidak demi Allah. Aku pasti akan menemui Rasulullah SAW mengadukan hal ini.”

Kemudian kala bertemu Nabi, orang itu berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh kami ini pengendara unta-unta pencari air yang sudah bekerja seharian penuh.

Lalu Mu’adz yang sudah shalat bersama Anda pulang dan mengimami kami dengan surah Al-Baqarah.

Mendengar itu, Rasulullah SAW pun menghampiri Mu’adz dan bersabda, “Apakah kamu hendak menjadi pembuat fitnah?” Bacalah surat ini dan surat ini.”

Pelajaran

Kisah tersebut ada di dalam shahih Muslim. Dan, kita dapat petik pelajaran bahwa, Rasulullah amat memberikan perhatian kepada kondisi umat yang terbatas waktu dan ilmunya, sehingga Rasul menegur Mu’adz dengan terang dan langsung.

Fakta sejarah ini menunjukkan kepada kita bahwa seorang pemimpin harus benar-benar adil. Mampu menegakkan ajaran Islam secara tepat dan benar, sehingga tidak tebang pilih atau pilih kasih. Membela yang memberi keuntungan dan membuang yang sama sekali tidak memberi manfaat bagi diri sendiri.

Rasul dalam hal ini tidak membela Mu’adz yang secara keilmuan dan ibadah tidak bisa dipungkiri lagi amatlah sangat baik. Siapa yang tidak tahu Mu’adz ra yang seorang ahli Quran.

Tetapi dalam konteks memimpin umat, realitas umat benar-benar menjadi perhatikan Rasulullah SAW, sehingga orang tidak merasa terbebani dengan agama (Islam) ini.

Pesan Gus Baha

Dalam bahasa Gus Baha pada sesi ceramahnya mengenai hal itu, jangan sampai agama ini menjadi problem sosial. Artinya dalam hal ibadah yang meibatkan banyak orang maka permudahlah.

Sebab inti ajaran Islam ialah membahagiakan sesama. Langkah ini pun setiap orang mampu mengamalkan dengan kadar kesanggupannya masing-masing.

Dalam kisah itu juga terdapat hikmah bahwa tidak selamanya orang yang memiliki ilmu mendapat amanah sebagai pemimpin pasti selalu tepat dalam pilihan-pilihan hidupnya.

Baca Lagi: Niat Benar-Benar Menentukan

Ilmu bagi seorang Muslim harus semakin mendekatkan dirinya kepada upaya kuat meneladani Rasulullah SAW.

Meneladani beliau SAW dalam segala sisi kehidupannya, utamanya bagaimana menghadirkan kemaslahatan.

Oleh karena itu, Rasulullah SAW menegaskan bahwa orang yang mampu memimpin dengan adil maka ia mendapati cinta Allah Ta’ala.

“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah SWT dan paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil, sedangkan manusia paling dibenci oleh Allah dan paling jauh tempat duduknya adalah pemimpin yang zalim.” (HR At-Tirmidzi).*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment