Orang berilmu akan memiliki kemampuan besar dalam hidup. Mulai dari besar dalam berpikir dan tentu saja memiliki jiwa yang besar.
Hal ini karena ilmu (dalam arti visional dan iman) menjadikan manusia mengetahui hakikat.
Ibn Athailah dalam Al-Hikam menerangkan bahwa ketika seseorang mengetahui hakikat kebenaran, maka ia akan mengetahui segala sesuatu.
Sebagai contoh, ketika manusia tahu bahwa hakikat dirinya adalah hamba, maka ia tidak akan melakukan apa pun yang membuat Allah murka. Apa pun itu.
Baca Juga: Berpikir Positif dan Teguh Pendirian
Hal itu karena ada kesadaran visional dalam dirinya bahwa melakukan hal yang melawan kehendak Tuhan adalah kebinasaan diri, cepat atau lambat. Dan, itu pasti.
Sosok Lukman Al-Hakim
Oleh karena itu Allah Ta’ala juga mengangkat derajat orang yang bukan Nabi dan Rasul sebagai teladan kehidupan umat manusia. Ia adalah Lukman Al-Hakim.
Konon ia adalah seorang budak. Namun, karena pikirannya yang besar, tidak terbatas pada ruang lingkup ia hidup dan kebutuhan pribadinya, maka Allah mengabadikan nasihat-nasihat mendasarnya kepada sang anak.
“Wahai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah.”
Kalimat itu seakan sederhana. Tetapi sadarilah itu tidak akan lahir dari manusia yang pikirannya pragmatis dan begitu cinta kepada dunia.
Jadi, manusia tidak harus memiliki jabatan untuk bisa berpikir besar dan berjiwa besar. Ia cukup sadar sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi ini.
Ibunda Imam Syafi’i
Kemudian mari kita lihat sosok ibunda ulama legendaris, Imam Syafi’i.
Banyak orang mengenal Imam Syafi’i, tetapi mungkin sedikit sekali yang mengenal sang ibunda.
Ibunda Imam Syafi’i adalah wanita sederhana. Namun begitu mulia karena ibadah dan akhlaknya.
Mengasuh dan membesarkan Imam Syafi’i sang bunda hidup dalam keadaan papa. Namun keduanya komitmen pada akhlak dan kemuliaan Islam.
Imam Syafi’i pernah berkata, “Aku seorang yatim yang diasuh ibuku. Ia tidak memiliki apa-apa untuk biaya pendidikanku.”
Namun dari keyakinan, ibadah dan akhlak sang ibunda, Imam Syafi’i berhasil tumbuh menjadi pribadi yang luar biasa, terutama dalam hal ilmu.
Kemudian Imam Syafi’i memberikan sebuah penjelasan. Bahwa nilai manusia telatk pada ilmunya, bukan pada pakaian atau penampilannya.
Nasihat Imam Syafi’i
Imam Syafi’i pun memberikan nasihat penting kepada kita semua.
“Belajarlah. Seseorang tidak dilahirkan sebagai orang alim. Pemilik ilmu tidak seperti seorang bodoh. Pemimpin satu kaum yang tak memiliki ilmu terlihat kecil jika dikelilingi oleh pasukannya. Orang yang kecil di tengah satu kaum jika berilmu, ia terlihat besar di tengah masyarakatnya.”
Baca Lagi: Bahagia dengan Satu Langkah Perubahan
Jadi, kunci hidup bermanfaat bagi kehidupan ialah pada kebesaran seseorang berpikir dan kebesaran jiwa dalam melihat kehidupan, sehingga ia tidak merasa cemas atau jumawa dalam hidup ini.
Sebab inti dari nilai manusia ada pada akhlak. Akar dari akhlak adalah ilmu kemudian iman.
Dan, orang-orang seperti itu biasanya tak perlu atribut duniawi untuk menjadi mulia dan memuliakan manusia dengan iman, ilmu dan akhlak.*