Kalau ada waktu akhir pekan di rumah, maka seperti biasa, aku akan berteman dengan buku.
Buku apa saja, terbaru ada buku hadiah dari Kang Maman, “Aku Menulis Maka Aku Ada.”
Ibarat buku kanuragan, “Aku Menulis Maka Aku Ada” memberikan pemahaman secara mendasar hingga praktik, bagiamana kita bisa lihai menulis.
Meja kecilku berwarna hitam seukuran 2 X 0,5 meter penuh dengan tumpukan buku.
Beberapa buku sekarang harus mengalah, turun ke bawah, karena ada satu alat yang kuperlukan harus juga nangkring di atas meja.
Baca Juga: Jangan Tidur Berbaring
Alat pembuat kopi itu benar-benar menyita space mejaku.
Maklum, kopi adalah teman setiaku juga.
Belakangan, sepulang dari beberapa daerah, tasku selalu berpenghuni buah tangan dari teman. Biasa, itu adalah kopi.
Terbaru aku dapat hadiah dari kolega di Balikpapan “Kopi Toraja”
“Arabusta Arabica+Robusta Kalosi” begitu tertulis pada bagian bawah.
Sembari nyeruput kopi, buku jadi teman baikku. Buku selalu membuka diri untuk kutelusuri.
Dalam bisu, buku memajang rangkaian kata yang merangsang pikiran dan kadang bertentangan dengan pikiranku sendiri.
Jangan Sabar (Baca) dari Belakang
Sepuluh hari lalu, aku bersama dua teman berkesempatan hunting buku di sebuah toko buku ternama.
Salah satu yang kudapat adalah karya Kang Maman, “Sundul Gan.”
Buku ini memberi banyak inspirasi. Sekadar contoh saya akan kutipkan beberapa.
“Jika terjadi pertengkaran, jangan biarkan hati saling menjauh, jangan ucapkan perkataan yang membuat hati kian jauh. Karena jika kita biarkan, suatu hari jaraknya tidak akan lagi bisa ditempuh.”
Itu quote yang ada dalam pembatas kecil berwarna kuning utuh dengan foto Kang Maman, seperti rupa cover buku itu.
Kemudian soal sabar. “Sabar adalah kunci. Jangan membaca “sabar” dari belakang, te-‘rabas’. Karena main terabas, suka jalan pintas adalah cara ringkas menuju terhempas!”
Itulah bagian dari keindahan berteman dengan buku.
Kita kadang bertemu logika yang seperti biasa, tetapi memang menghasilkan pemahaman luar biasa.
Dalam bahasa ustadz-ustadz kala ceramah, siapa tidak sabar ia akan merugi.
Tetapi dengan membaca buku, kita tahu menjelaskan dan memberikan bukti kerugian dari tidak sabar dengan cara yang lebih unik, tetapi benar dan tentu saja menarik.
Gunakan Mata & Pikiran
Membaca menurutku adalah kegiatan multitasking paling tua. Karena membaca bukan hanya membuat mata bekerja, tetapi juga pikiran sekaligus jiwa.
Jadi, orang yang multitasking sebenarnya para pembaca. Bukan mereka yang gonta-ganti medsos dalam waktu singkat.
Multitasking memang harusnya membuat kita menjangkau lebih dari satu kebaikan dalam waktu singkat.
Nah, kalau orang habis umur dengan pindah-pindah scrolling medsos, itu disebut multitasking, maka kita jangan seperti itu.
Kalau mau benar multitasking, perbanyaklah membaca buku.
Toh, apa susahnya kita membaca buku, lah yang jadi perintah pertama Allah itu jelas kok, “Bacalah!”
Kalau mengisi training pemuda, aku sering melemparkan pertanyaan, “Apakah kalian Islam?”
Biasanya peserta training ragu menjawab. Begitu jawabannya, “Iya, saya Muslim.” Saya tanya lagi, “Suka membaca?”
Baca Lagi: Dua Sahabat Tangguh
Mereka mulai saling bertatapan biasanya.
Lalu kukasih jawaban sendiri.
“Kalau benar kalian Islam, mengapa perintah pertama Tuhan “Bacalah!” tidak jadi kegemaran kalian?”
Selamat berakhir pekan, bertemanlah dengan buku, tapi tetap jangan lupa bantu istri pasang atau angkat jemuran.*