Bersyukur sepanjang waktu sebenarnya adalah agenda penting sepanjang hidup orang Islam.
Bagaimana tidak, Allah telah memberikan begitu banyak kebaikan, lahir dan batin, secara terus-menerus, tanpa putus.
Dalam kajian Imam Al-Ghazali, syukur ada dalam tiga keadaan. Yakni illmu, keadaan dan amal.
Semakin hari sudah barang tentu kita semakin meningkat pemahaman keilmuan.
Baca Juga: 3 Bukti Seorang Hamba Bersyukur
Hal itu harus menjadikan kita semakin rendah hati, tidak merasa bisa (sombong) dan tentu saja, semakin bersemangat dalam menebar kebaikan.
Kemudian keadaan, yakni kesehatan jiwa dan raga. Hal ini harus kita syukuri dengan menegakkan ibadah, dzikir dan amal sholeh.
Sedangkan syukur dalam bentuk ketiga ialah dalam bentuk amal. Tersenyum kepada sesama, membantu yang memerlukan dan tentu saja ikut menjaga kebaikan dari fasiltas yang ada untuk kepentingan umum.
Perjalanan
Saya sendiri merasakan bahwa kesyukuran itu kebutuhan diri adalah kala melakukan perjalanan dari Tanjung Selor ke Pelabuhan Kota Tarakan.
Bagaimana tidak, saya melihat bentangan air yang mengalir di Sungai Kayan begitu luar biasa.
Sungai itu, beberapa kali saya sempat berjumpa, tidak pernah terlihat airnya surut apalagi berkurang.
Artinya, Allah menjaga, sungai itu terus dalam keadaan tepat agar manusia bisa menjadikan Sungai Kayan sebagai jalan air.
Kemudian, alam sekitar sungai. Berbagai tanaman liar, termasuk pohon bakau, tidak saja menjadi pelengkap pandangan, tetapi menginspirasi manusia bahwa kalau berpikir harus komprehensif.
Jangan arogan, jangan ego sektoral, atau pun asal jadi. Semua sisi harus diperhatikan.
Dan, yang paling manusia perlukan, ketika kita melalui sungai itu, Allah jaga kita semua dari bahaya, entah dari binatang atau pun hal lain yang menghambat.
Tentu saja itu nikmat dari Allah Ta’ala. Jadi, tugas kita ialah senantiasa bersyukur kepada-Nya.
Sifat Allah
Sisi yang tak kalah menarik, syukur ternyata adalah sifat Allah.
“Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur.” (QS. Asy-Syuara: 23).
Syakur menurut ulama adalah sifat Allah yang Maha Pembalas Kebaikan, sehingga Allah selalu dan pasti melipatgandakan pahala bagi hamba-Nya yang melakukan kebaikan demi kebaikan.
“Allah itu Syakur lagi Haliim.” (QS. At-Thagabun: 17).
Baca Lagi: Umat Islam Harus Kuatkan Sumber Daya Insani
“Ibn Katsir mengatakan, ini berarti Allah memberi balasan kebaikan sedeikit dengan ganjaran yang banyak.
Jadi, kalau kita dalam sehari lupa bersyukur kepada Allah, sungguh ia lupa akan dirinya, lalai dari menyadari nikmat-nikmat-Nya. Dan, itu mendatangkan kerugian yang besar bagi orang itu.*