Masih ingat nasihat Nabi Muhammad SAW kepada Ibn Abbas dalam satu hadits yang cukup detail? Bahwa kalau mau minta, mintalah kepada Allah. Hal itu menandakan bahwa bersyukur jauh lebih baik, daripada minta-minta THR.
Dari Abdullah bin Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda.
Baca Juga: Berbahagia dengan Mengingat Allah, Begini Faktanya
“Jagalah Allah, niscaya Dia menjagamu; jagalah Allah, niscaya kamu mendapati-Nya bersamamu; jika kamu mempunyai permintaan, mintalah kepada Allah; jika kamu membutuhkan pertolongan, minta tolonglah kepada Allah.
Ketahuilah, seandainya seluruh manusia bersatu untuk memberi manfaat dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu; dan jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu.
Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah mengering” (HR At Tirmidzi).
Sewaktu kecil saya berpikir, apakah ada manusia meminta kepada manusia. Ternyata ada dan belakangan sedang viral, mintanya jelas, THR.
Minta THR
Adalah seorang pejabat di sebuah kota di Jawa Barat, ramai media mengabarkan bahwa ia meminta THR ke perusahaan transportasi bus.
Tindakan itu, bukan saja tidak tepat menurut hadits di atas, tetapi juga dalam aturan KPK.
Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron mengatakan, “(Tindakan meminta THR) Iya masuk, minta gratifikasi itu (kalau terima uang).”
Sebenarnya rasio umum akan mengatakan, pejabat negara (walau tingkat daerah) kok bisa minta ke sana dan ke sini.
Apakah gaji dari negara kurang?
Atau mentalitas yang terseret hedonisme, seiring maraknya perilaku flexing oknum pejabat?
Bangun Mental Produktif
Kita tidak memungkiri, uang atau kekayaan, sangatlah penting dalam kehidupan duniawiah ini.
Orang tidak bisa makan, kalau tidak punya uang. Hukum sosialnya begitu.
Oleh karena itu sejak awal ajaran Islam itu jelas, mendorong supaya memiliki mental produktif, progresif, bukan pasif dan destruktif.
Bahkan Rasulullah SAW sangat apresiasi kepada orang yang bekerja demi mendapat makanan walau dengan usaha keras membelah kayu di hutan dan menjualnya ke pasar.
Kalau cara kita memahami Islam ini tepat, maka kita akan jadi insan yang bekerja maksimal. Kita jadi pekerja yang bertanggung jawab.
Nah, bagaimana kalau sudah jadi pejabat negara yang mendapat jaminan dari negara dan bahkan jaminan uang pensiun, masih merasa kurang?
Pada titik inilah mungkin kita berpikir, bahwa perintah bersyukur lebih baik kita jalankan. Daripada terus merasa kurang, apalagi itu terjadi karena iri pada kekayaan orang lain.
Dan, yang tak kalah penting kita ingat, kalau pun mau meminta, mintalah kepada Allah. Tentu dengan juga memperhatikan aspek muamalah dengan sebaik-baiknya.
Prinsipnya kalau kita bersyukur, janji Allah pasti, akan Allah tambahkan nikmat-Nya untuk setiap insan yang mau bersyukur.
Baca Lagi: Rumus Bahagia
Dan, memang sulit orang bersyukur, kalau dari sisi mental saja rapuh, malas dan enggan berjuang, apalagi berkorban.
Maunya terus dapat, selalu menerima, kalau bisa besar, meski tidak melakukan apa-apa. Inilah penyakit yang hanya bisa sembuh dengan kesadaran iman.*