Home Kisah Bersama Kader LIDMI Diskusikan Perubahan
Bersama Kader LIDMI Diskusikan Perubahan

Bersama Kader LIDMI Diskusikan Perubahan

by Imam Nawawi

Walau seharian tugas lapangan, malam hari masih ada satu agenda menanti. Yaitu diskusi bersama segenap kader LIDMI se-Indonesia (4/9/23). “Saya izin tidak ikut makan malam, karena ada diskusi perubahan selepas Isya,” ucapku ke kawan-kawan yang mengajak makan malam bersama.

Diskusi itu hadir dengan tujuan melakukan penguatan keorganisasian LIDMI (Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia) dalam agenda “Konsolidasi Nasional Pengurus LIDMI se-Indonesia.”

Baca Juga: Ide Konstruktif untuk Negara

Temanya pun tidak tanggung-tanggung, “Pemuda, Perubahan dan Simpul Pergerakan.”

3 Ide Dasar

Tema itu sangat tepat karena memberikan satu urutan yang relevan dengan sisi kehidupan umat manusia.

Pertama, pemuda. Pemuda memang identik dengan sosok kuat, berenergi, dan tentu saja visioner. Oleh karena itu kata setelah pemuda yang tepat adalah perubahan.

Kalau kita cermati sejarah, maka tidak ada pemuda yang terampil dan visioner, melainkan dia mampu melahirkan satu perubahan.

Kedua, perubahan. Langsung saja, contoh dalam negeri kita bisa ambil M. Natsir.

Sejak kecil gemar menuntut ilmu bahkan sangat ingin melampaui kecerdasan anak-anak Belanda. Maka kala dewasa, ia mampu mencegah terbelahnya Indonesia dengan satu konsep mosi integral.

Betapa pentingnya gagasan Natsir itu, Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI mengatakan momentum itu sebagai “Proklamasi Kedua.”

Ketiga, simpul pergerakan. Sejatinya setiap anak muda ingin melakukan perubahan. Akan tetapi karena ia tidak mendesain diri dengan baik, akhirnya ia gagal memiliki kapasitas.

Pada saat kapasitas terbatas tetapi menghendaki satu hal berkualitas, di situlah hambatan sangat terasa.

Ketika Natsir mampu melahirkan sebuah gagasan dan bahkan perubahan, maka menyebut nama Natsir, siapa yang tidak ingin bergerak senafas dengan perjuangan dia.

Menjadi pemuda yang mampu menjadi simpul pergerakan artinya kita harus mampu menempa diri hingga tampil sebagai sosok yang punya karya, penuh pesona dan tetap dalam jalur-jalur perjuangan.

Ke depan, boleh jadi nama Imam Nawawi, nama Asrullah, nama Wahyudi, akan menjadi simpul pergerakan. Sejauh memang ada komitmen untuk menjadi pemuda yang siap mendesain diri melakukan perubahan.

Aprianto Maliu

Selepas pemaparan ada seorang peserta dari LIDMI Gorontalo bertanya, namanya Aprianto Maliu.

Baca Lagi: Diskusi Indah Lintas OKP

“Bagaimana menjawab kondisi anak muda yang belum bergerak sudah menyerah lebih dulu. Kemudian bagaimana dengan kaum muda yang giat dakwah tetapi tidak mendalam memahami politik?”

Bagi saya ini pertanyaan penting. Kebanyakan aktivis memang mudah mengkambinghitamkan orang lain.

Padahal kalau kita pakai pendekatan introspeksi diri, boleh jadi mereka yang malas dan lemah, bukan karena mereka memang payah. Tetapi sangat mungkin kita belum menyentuh psikologi mereka dan menyantuni kesadaran mereka.

Kemudian dalam hal politik, aktivis dakwah mesti mendalami dengan baik, bahwa pemilu, pilpres, pilkada dan apapun istilahnya sejatinya hanya sebuah mekanisme dan prosedur dari manifestasi demokrasi.

Sebagai aktivis dakwah sudah saatnya kita memahami bahwa itu bagian dari peluang dakwah. Jadi jangan golput. Kalau ada kandidat baik dan dapat mendukung dakwah ke depan, pilihlah dia. Itu sah dalam tataran demokrasi.

Lebih jauh dinamika politik dan perbedaan dalam hal partai politik, tidak usah membuat kita tegang. Biasa saja. Toh masing-masing punya argumen yang bisa mereka pertanggungjawabkan.

Satu hal mendasar dalam Islam, jadilah pemuda yang gemar membaca, yang dengan itu kita bisa tahu apa sebenarnya yang terjadi dalam tinjauan rasional, jadi kita tidak perlu emosi untuk hal-hal yang memang tidak penting.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment