Menjadi manusia yang tenang tidak cukup hanya bermodal umur yang tidak muda atau rambut kepala yang menjadi putih. Tetapi juga sangat memerlukan kemampuan tajam dalam berpikir. Semakin seseorang mampu berpikir rasional dan saintifik, semakin mudah ia memahami jenis-jenis permasalahan yang memang membutuhkan pendekatan berpikir seperti itu. Lengkap dengan cara bagaimana menyusun langkah dan agenda perbaikan ke depan.
Tema berpikir ini menjadi bahasan kami selama 3 jam di Teras Progresif. Itu saya lakukan bersama 2 dosen STIS Hidayatullah, tambah seorang aktivis Pemuda Hidayatullah dan juga seorang jurnalis kawakan. Kesimpulan ringkasnya, kalau mau mengalami kemajuan, semakin tanggap terhadap perubahan, kemampuan berpikir rasional dan saintifik sangat-sangat kita perlukan.
Itu kalau kita ingin bebas dari emosi yang destruktif, tetap pada visi yang mulia, dan terus berkiprah dengan menghadirkan kebaikan-kebaikan yang nyata.
Meraih Sukses
Saat seseorang ingin meraih sukses, ia tidak saja butuh semangat, tetapi juga lingkungan yang mendukung.
Baca Juga: Sistem Berpikir Jadi Eror Karena Candu Judi Online
Sekarang, bayangkan dirimu seperti seorang pendaki gunung. Tujuanmu adalah mencapai puncak.
Passion kamu adalah gunung yang ingin kamu daki, itu yang membuatmu bersemangat dan termotivasi.
Lalu apa lingkunganmu? Lingkungan kamu adalah peralatan, peta, cuaca, dan jalur pendakian yang kamu pilih.
Nah, agar bisa sampai ke puncak, kamu harus memastikan: apakah peralatan yang ada telah memadai.
Ini meliputi skill dan pengetahuan yang kamu miliki. Apakah kamu sudah cukup terlatih untuk menghadapi tantangan di gunung tersebut?
Kemudian kamu memiliki peta yang jelas. Ini seperti tujuan hidupmu. Apakah kamu tahu dengan pasti ke mana kamu ingin pergi?
Selanjutnya adalah cuacanya mendukung. Ini seperti kondisi sekitarmu. Apakah lingkunganmu saat ini mendukung passion kamu? Apakah ada dukungan dari keluarga, teman, atau pekerjaan?
Selain itu juga telah memastikan jalurnya tepat. Langkah ini seperti strategi yang kamu pilih. Apakah cara yang kamu pilih untuk mencapai passionmu sudah benar?
Jadi, secara prinsip, untuk sukses, kamu harus bisa menyelaraskan apa yang kamu sukai (passion) dengan kondisi dan situasi yang ada di sekitarmu (lingkungan). Jika passion dan lingkunganmu sejalan, maka kamu akan lebih mudah mencapai tujuanmu.
Menyiapkan SDM
Saya sangat sering berkata kepada teman-teman bahwa narasi 2045 itu adalah tentang siapa yang paling komitmen menyiapkan diri.
Baca Lagi: Mampukah Orang Indonesia Berpikir?
Kalau kita sebagai dosen, berpikir rasional bisa kita terapkan dengan menghitung rentang waktu 2024 ke 2045. Kemudian, kita bisa cek lebih dalam, dalam rentang itu akan ada berapa angkatan yang belajar di kampus yang kita adalah dosennya. Kemudian, semua angkatan itu nantinya akan memiliki kompetensi apa, passion apa, ketangguhan menghadapi tantangan sejauh mana.
Menjawab itu kita butuh cara berpikir saintifik. Menghimpun data, menyiapkan pola eksperimen dan selanjutnya melakukan evaluasi untuk perbaikan-perbaikan.
Berpikir yang seperti itu, membuat kita semakin memahami bahwa mengubah cara belajar, menyiapkan kurikulum relevan dan bergerak lebih cepat dari biasanya sebagai hal yang lumrah. Ibarat kata itu adalah nilai yang harus kita bayar untuk memiliki SDM unggul pada 2045.
Tetapi kalau tidak, maka kita akan memandang esok hanya dengan satu harapan, bisa nyaman tanpa perjuangan. Tetapi lisan seseorang terus berkata perubahan dan kemajuan. Sementara landasan berpikir untuk tindakan yang terkonsolidasi masih berbentuk harapan atau bahkan angan-angan.
Eric Barker
Menurut Eric Barker dalam buku “Mendaki Tangga yang Salah” kita jangan hanya mengejar passion tanpa mempertimbangkan kondisi sekitar. Sukses itu dapat kita capai ketika kita bisa menemukan keseimbangan antara apa yang kita inginkan dengan apa yang memungkinkan kita untuk mencapainya.
Nah, kalau kita menghendaki perubahan, tetapi tidak tahu bagaimana manajemen perubahan itu kita lakukan, sama dengan tetap di tempat.
Satu pendekatan yang penting kita upayakan untuk hal itu adalah mulai melatih diri berpikir rasional dan saintifik tanpa harus menjadi sekuler apalagi liberal. Sebab berpikir hakikatnya adalah perintah paling utama yang Tuhan berikan kepada umat manusia.*