Berpikir positif dan teguh pendirian amat diperlukan dalam menjalani kehidupan ini. Terlebih dalam keadaan yang kadang tingkah laku orang penting (pemimpin atau pejabat) sulit dicerna secara nalar sehat. Dan, ini terang menguras energi, wakktu dan pemikiran itu sendiri.
Baca Juga: Jadilah Pemenang Sejati
Tetapi kala diri memilih menguatkan iman, insya Allah ruang dan pilihan tetap berpikir positif dan teguh pendirian masih akan menjadi pilihan. Bahkan jauh lebih kuat lagi. Sebagaimana dahulu para Nabi dan Rasul tak pernah goyah berhadapan dengan apapun, mereka tetap mampu berpikir positif dan teguh pendirian.
Berfikir Positif
Di dunia ini, dalam kehidupan sehari-hari kadang orang tidak sadar akan hal ini, sehingga mudah sekali untuk menghabiskan tenaga dan waktu mengomentari hal yang tidak substansial. Tetapi, karena memang tidak sadar, justru itulah yang ditanggapi serius. Di sini manusia memang sangat lucu.
Dalam ungkapan bahasa Arab disebutkan, “Orang yang tidak punya tidak mungkin memberi.” Sederhana sekali, tapi terbukti.
Orang yang memang tidak punya gagasan, akan sangat sulit merespon gagasan. Begitu ada kejadian atau bahas yang tidak penting, sarafnya bekerja dan bahkan tanpa pikir panjang akan memberikan respon.
Dalam bahasa Gubernur Anies Baswedan, kalau soal minat baca, banyak orang punya minat. Minat baca wa, baca medsos. Tetapi soal daya baca, ini tidak banyak. Daya baca itu berkaitan dengan ide, pikiran, bukan isu apalagi kejadian dan ucapan-ucapan manusia yang kadang memang nir makna.
Baca juga : Bahagia dengan Perubahan
Jadi, berpikir positif pun butuh modal besar. Tak cukup sebatas tahu, tetapi butuh langkah lebih dalam, yakni pemahaman akan pentingnya iman dan pemikiran, serta pengalaman.
Keteguhan Nabi Muhammad
Bicara teguh pendirian sangat menarik kala menengok sejarah Nabi Muhammad dakwah selama 13 tahun di Makkah. Beragam hal irasional dan menyakitkan nyaris tiap hari menyapa kehidupan beliau, lebih-lebih pengikutnya.
Tetapi dari situasi itulah lahir kekuatan, keindahan, sekaligus daya tarik Islam sebagai jalan hidup, sehingga perlahan namun pasti, kafir Quraisy yang masih punya saldo pemikiran memandang Islam adalah jalan kebenaran. Maka, Hamzah, Umar, akhirnya masuk Islam.
Kalau mengikuti rasa, melawan apa yang diperbuat Kafir Quraisy seakan-akan adalah cara jitu untuk menjawab. Namun Nabi mengatakan, sabar. Para sahabat, seluruhnya pun taat dan mengikuti perintah sabar itu.
Baca Juga: Survive di Tengah Wabah
Jadi, teguh pendirian itu butuh iman sekaligus kesabaran. Jika tidak, kita akan mudah terseret arus yang seakan-akan realitas, padahal ia hanya seperti judul di halaman pertama koran atau majalah, besok dini hari sudah diubah dan diganti dengan yang lain.
Benarlah ungkapan Ustadz Abdullah Said bahwa dalam hidup ini jangan hanya bisa kagum dengan karya orang lain, tapi harus mampu membuat karya bahkan menggurat sejarah sendiri. Luar biasa.
Imam Nawawi
Bogor, 15 Sya’ban 1441 H