Home Kisah Berpikir Pesan untuk Mahasiswi STIS Hidayatullah Balikpapan
Berpikir Pesan untuk Mahasiswi STIS Hidayatullah Balikpapan

Berpikir Pesan untuk Mahasiswi STIS Hidayatullah Balikpapan

by Imam Nawawi

Kemarin (30/8/23) panitia bertanya apa tema yang akan saya sampaikan dalam seminar literasi di STIS Hidayatullah Balikpapan (30/8/23). “Pesertanya insha Allah, mahasiswi semua,” katanya. Saya pun menyampaikan, bagaimana kalau berpikir. Panitia langsung yes.

Berpikir untuk menulis, itulah yang saya paparkan.

Baca Juga: 22 Kalimat Penggugah Semangat Belajar dari Mahasiswi STIS Hidayatullah Balikpapan

Sadar atau tidak, kadang sebagian orang memahami berpikir itu tugas orang pintar. Padahal tidak demikian, terutama kalau melihat Alquran.

Perintah berpikir itu berlaku bagi semua umat manusia. Bahkan bukan hanya orang Islam. Sekali lagi seluruh umat manusia.

Lebih-lebih kalau diri punya kesempatan kuliah. Maka berpikir seharusnya jadi nafas dalam kehidupan.

Lalu apa bukti seseorang berpikir secara serius, itulah tulisan. Ia mau dan mampu menulis.

Berpikir untuk Menulis

Saya pun memberikan scontoh-contoh ringan bagaimana berpikir untuk menulis. Tetapi pada kesempatan ini (pada sub bab akhir) saya tuangkan satu contoh saja.

Misalnya, seorang mahasiswi namanya Aisyah, tempat tinggalnya di Tenggarong atau Balikpapan, Bontang, Samarinda, Sangatta atau lainnya. Kemudian saat ini kuliah di STIS Hidayatullah Balikpapan.

Maka dari tiga fakta itu Aisyah sudah bisa mulai berpikir kemudian mencari penghubung untuk bisa menjadi sebuah narasi dalam bentuk tulisan.

Contoh Ringan

Contoh, “Saya Aisyah, lahir dan besar di Tenggarong. Sehari-hari ibu saya mendorong agar senang dengan mushola, mendengarkan ceramah. Alhamdulillah saya lakukan semua nasihat ibu.

Sekarang saya Alhamdulillah ada di STIS Hidayatullah Balikpapan. Sebuah perguruan tinggi yang mengajarkan bagaimana saya hidup tidak saja mementingkan dunia, tetapi juga memperjuangkan kebahagiaan akhirat. Yang menarik, di sini saya bisa memahami update teknologi, sehingga tetap superior, mampu mengendalikan teknologi untuk kebaikan.”

Nah, bukankah mudah menulis itu?

Seseorang hanya membutuhkan kejelian mengamati dan melihat fakta, kemudian temukan garis penghubung, lalu tuangkan dalam tulisan dan perhatikan sistematikanya.

Jika itu telah hadir, maka tulisan sudah selesai. Tinggal selanjutnya berlatih, belajar, praktik, berpikir lagi, menulis lagi.

Baca Lagi: Buta Huruf Abad 21

Terus lakukan itu selama kuliah, maka saat jadi sarjana, skill menulis akan jadi bagian dari identitas diri. Siapapun yang memiliki skill menulis akan memberi manfaat lebih daripada yang lain. Insha Allah.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment