Home Kisah Berpikir itu Ibadah
Bincang Mulia bahas berpikir dan membagikan pikiran

Berpikir itu Ibadah

by Mas Imam

Berpikir bagi kebanyakan orang seakan hal yang sulit. Padahal sejatinya berpikir bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Dengan catatan ia memiliki iman dan tujuan hidup yang mulia, insha Allah aktivitas berpikirnya akan memberikan manfaat.

Apa yang menjadikan bangsa Indonesia suka mengutip ungkapan bangsa lain, Barat, utamanya. Tidak lain karena mereka terus memproduksi pikiran lalu membagikannya.

Prof. Uman Suherman juga menegaskan saat mengisi arahan umum di hadapan Sarjana STIE Hidayatullah yang akan tugas ke berbagai daerah, “Kita bisa dijajah Belanda dan Jepang itu karena mereka lebih pinter (banyak berpikir dan membagikan pikirannya) dari bangsa ini.”

Ibn Khaldun juga menyampaikan bahwa bangsa yang terjajah akan mengikuti perilaku dan gaya hidup bangsa yang menjajah.

Baca Juga: Frasa Agama dalam Peta Pendidikan

Dalam kata yang lain, jika kita tarik dalam konteks individual, orang yang tidak pernah mau memproduksi pikirannya sendiri, maka ia akan hidup atas pikiran orang lain. Syukur kalau pikiran yang diikuti benar. Lah kalau sebaliknya?

Media Sosial

Saat saya berkunjung ke rumah Bapak Novi Arian untuk keperluan Bincang Mulia yang merupakan satu program BMH TV, saya sempat bertanya, bagaimana agar seseorang itu tidak mudah galau?

Jawabannya, berpikir. Orang yang galau tanda kurang berpikir.

Pikiran harus diproduksi lalu dibagikan untuk manfaat luas

Pikiran harus diproduksi lalu dibagikan untuk manfaat luas

Padahal dengan berpikir ia akan mengerti duduk permasalahan, sehingga kala mengambil keputusan dan melangkah ia akan memiliki keyakinan kuat, tak akan terpengaruh oleh kanan kiri, tapi terus melangkah ke depan, mewujudkan apa yang diyakini dan diimplementasikan dalam bentuk pemikiran.

Nah, media sosial, bagi Bapak Novi Arian bukan sebatas ruang untuk saling sapa di dunia maya, tapi medan yang menarik untuk membagikan pikiran.

“Bagi saya media sosial adalah ruang untuk membuat pikiran dan membagikannya. Orang kebanyakan membagikan apa yang dimiliki, tapi saya ingin menjadikan media sosial sebagai sarana membagikan apa yang saya pikirkan, sehingga orang lain dapat mengambil manfaat,” urainya.

Lebih lanjut ditegaskan, bahwa untuk membagikan tulisan hasil berpikir tidak harus elitis, ribet atau kental nuansa akademik. Sampaikan saja apa yang kita rasakan dengan pemaknaan dan pikiran yang benar. Setelah itu bagikan, maka insha Allah yang membaca akan mendapatkan manfaat.

Tapi, kalau mau dipikir lebih dalam, facebook saja memang “menantang” orang untuk berpikir. Kalau nama seseorang itu Hadi, misalnya. Maka sebelum membuat status, di facebook ada kalimat interogatif, “Apa yang kamu pikirkan, Hadi?”

Dorongan Alquran

Berpikir juga menjadi satu dorongan yang begitu ditekankan di dalam Alquran. Di antaranya melalui berbagai macam permisalan yang Allah hadirkan, termasuk tentang kedahsyatan Alquran itu sendiri.

“Kalau sekiranya Kami turunkan Alquran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS. Al-Hasyr [59]: 21).

Dengan demikian berpikir adalah satu bentuk ibadah itu sendiri, sebab dengan berpikir, maksud, makna, kandungan, dan bagaimana seharusnya sikap terbaik dihadirkan oleh seorang hamba dapat benar-benar dihadirkan di dalam realitas kehidupan.

Baca Juga: Jadilah Pemenang Sejati

Tidak berpikir menjadikan manusia tidak bisa mengingat. Tidak berpikir menjadikan manusia tidak menghargai nikmat-nikmat Allah yang begitu luar biasa. Tidak berpikir akan menjadikan manusia bertindak layaknya binatang.

Dan, Allah amat murka kepada manusia yang tidak mempergunakan akal untuk berpikir.

“Dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (QS. Yunus [10]: 100).

Namun, berpikir tidak bisa berdiri sendiri, ia harus berdampingan dengan aktivitas berdzikir, sehingga bisa berdiri tegak dengan capaian kualitas yang amat tinggi, yakni ulul albab. Allahu a’lam.

Mas Imam Nawawi_Perenung Kejadian

Related Posts

Leave a Comment