Berkah seorang Juwayriyah benar-benar luar biasa. Siti Aisyah ra sendiri mengungkapkan hal itu.
“Aku tidak pernah melihat seorang wanita yang begitu membawa berkah sangat besar kepada kaumnya daripada Juwayriyah.” (Lihat Buku “Muhammad” karya Martin Lings: 379).
Juwairiyah adalah putri dari Harits, seorang pemimpin suku yang kalah dalam perang Mustalaq.
Karena kalah, maka putri Harits itu pun menjadi tawanan Tsabit bin Qais bin Syamas, lalu mengadu kepada Nabi SAW. Ketika hendak menemui Nabi SAW, Aisyah ra yang membukakan pintu.
Aisyah mengatakan, “Juwayriyah wanita yang sangat cantik. Siapa pun lelaki yang melihatnya, pasti terpikat olehnya.
Dan ketika aku melihatnya di pintu kamarku, aku diliputi perasaan waswas, karena aku tahu, Nabi akan melihat wanita ini seperti yang kulihat.
Ia masuk menemui beliau SAW dan berkata, “Hai Rasulullah, aku adalah Juwayriyah, putri Harits, pemimpin kaumnya.
Engkau benar-benar tahu musibah yang menimpaku, dan aku datang untuk memohon bantuanmu mengenai pembebasanku.’
Baca Juga: Hormat Kepada Nabi SAW
Beliau SAW menjawab, ‘Apakah engkau menginginkan yang lebih baik dari itu?’
Juwayriyah bertanya, ‘Apa yang lebih baik itu?’
‘Aku akan menebus pembebasanmu dan menikahimu.'”
Bukti Berkah
Berkah itu pun muncul setelah pernikahan Nabi SAW dengan Juwayriyah.
Martin Lings menuliskan, “Ketika diketahui bahwa Bani Mushtaliq kini menjadi kerabat Nabi SAW dengan pernikahan itu, kaum Muhajirin dan kaum Anshar membebaskan para tawanan mereka yang belum ditebus. Ada sekitar seratus keluarga yang dibebaskan.”
Dari peristiwa itulah kemudian Aisyah ra mengatakan abhwa Juwayriyah wanita penuh berkah yang berkahnya sangat besar dan luar biasa.
Pemberani
Juwayriyah memang bukan sekedar anak kepala suku, ia memiliki mental dan keberanian.
Kalah perang dari Rasulullah SAW, tentu sebuah musibah besar bagi Juwayriyah. Ia kehilangan suami kemudian ayahnya melarikan diri. Sedangkan sebagian besar kaumnya jadi tawanan kaum Muslimin.
Sadar akan kekalahan besar yang menyedihkan hatinya itu, Juwayriyah pun mengambil inisiatif menemui Nabi SAW.
Rasulullah pun sadar akan beban seorang Juwayriyah, lalu Nabi SAW menikahinya.
Dan, yang sangat indah adalah, sebelum pernikahan itu terjadi, ayah dari Juwayriyah, Harits bin Abu Dhirar masuk Islam, kemudian Juwayriyah, kemudian kaumnya.
Harits sendiri karena takjub kepada Rasulullah SAW yang mengetahui perihal dirinya (Harits) yang menyembunyikan unta terbaiknya yang semestinya ia serahkan kepada Nabi SAW.
Keberanian dari Juwayriyah adalah menemui Nabi SAW kemudian mengungkapkan isi hatinya yang berat karena kalah dalam peperangan.
Baca Lagi: Yang Membahagiakan
Namun, tidak lama dari itu, Juwayriyah menjadi Muslimah sangat mulia dan berharga luar biasa. Ia bisa menjadi ummahatul mukminin.
Penting kita catat, mengapa pembicaraan Juwayriyah mudah Nabi SAW pahami, ini mengindikasikan bahwa Juwayriyah adalah Muslimah yang ahli (fasih) dalam berkata-kata. Jadi, Muslimah pun penting memiliki kepandaian dalam diplomasi, diskusi maupun berdakwah melalui mimbar dan lain sebagainya.*