Alquran sebagai mukjizat kita mengakuinya sepenuh hati. Tetapi sebenarnya Alquran mendorong hidup manusia berkualitas. Ini karena ayat-ayat dalam Alquran kalau kita pahami dan jalani menjadikan hidup kita lebih tertata, tertib dan berkualitas. Kuncinya satu, karena setiap ayat Alquran menyudikan hati kita untuk fokus.
Darius Foroux dalam buku “Do It Today” menerangkan bahwa fokus menjadi pembeda seseorang memiliki kualitas dalam hidup seseorang. Orang yang tak punya fokus sama dengan tak mampu mengontrol diri.
Dan, orang yang tak mampu melakukan kontrol akan dirinya, ia akan hidup dalam frustasi. Ia bahkan menyarankan agar hidup dengan memulai mengatur atensi kita, bukan waktu kita.
Subuh tadi (27/1) imam shalat berjama’ah membaca ayat, “Beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya” (QS. Asy-Syam: 9). Selepas itu saya coba fokus memahaminya. Mengapa orang yang mensucikan jiwa menjadi beruntung?
Bagi pedagang untung itu kalau mendapat laba. Untuk orang tua untung itu kalau anak patuh dan taat plus berprestasi. Tetapi mengapa dalam hidup ini untung itu kalau mensucikan jiwa?
Nilai Manusia
Coba perhatikan, orang yang baik itu yang bagaimana? Ternyata orang yang punya akhlak, amanah, jujur, dan peduli kepada sesama. Sejatinya nilai dasar manusia itu ada pada ruhiyahnya. Seseorang mungkin bisa kaya, bisa berpakaian bagus, tapi tanpa akhlak, ia tidak akan mendapat hati dari manusia lainnya.
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa mensucikan jiwa maknanya memperbaiki diri untuk menjadi manusia yang punya nilai. Mengapa Rasulullah SAW mendapat pengakuan sebagai orang terbaik dari kaumnya? Rasulullah SAW tidak pernah berbohong sejak belia. Jiwanya suci, tak ada akal dan hatinya ingin menipu orang lain.
Kalau kita hubungkan dengan pemerintahan (governance), mensucikan jiwa artinya berjuang penuh untuk tidak ada yang korupsi. Seluruh kebijakan dapat ditandatangani jika memang seutuhnya membantu kebutuhan rakyat. Konflik interes antara mendahulukan rakyat dengan mengedepankan ego sektoral terjadi karena jiwa manusia yang kotor, jorok, bahkan mungkin sangat busuk.
Tafsir Madinah Al-Munawwarah juga menjelaskan bahwa orang yang mensucikan jiwanya akan perhatian terhadap amal perbuatannya. Ia akan mengarahkan pada pelaksanaan amal-amal yang mulia. Bukan terperosok untuk melakukan amal-amal yang buruk dan mengundang kemurkaan Allah.
Sedangkan Tafsir Kementerian Agama RI menjelaskan bahwa orang yang mensucikan jiwa itu adalah yang fokus dalam kebaikan. Mensucikan diri dari segala kekotoran seperti syirik, kufur, takabur, iri, dengki, kikir, tamak, dan sebagainya. Kemudian menghiasinya dengan sifat-sifat baik seperti iman, ikhlas, sabar, syukur, dan sebagainya.
Kuatkan Fokus
Dengan demikian sebenarnya kita tidak perlu jauh-jauh melangkah dan menengok kesana kemari hanya untuk menjadi orang yang beruntung. Cukup kuatkan fokus kita kepada Alquran, insya Allah, kebahagiaan datang seketika.
Lebih dalam lagi kebahagiaan akan kita peroleh jika kita berupaya mengamalkannya dengan penuh kesungguhan. Seperti tetesan air yang kecil tapi tak pernah berhenti, batu yang besar pun akhirnya akan terlubangi.
Baca Juga: Raih Berkah dengan Fokus Kebaikan
Seperti pula seorang pemuda yang tahu cara menanam anggur. Ia tidak berhenti karena puas dengan pengetahuan berupa teori. Ia akan beruntung jika segera mencari lahan dan menanamnya. Dalam beberapa waktu ke depan, dengan izin Allah, ia akan melihat buah anggur yang besar dan lebat.
Sekarang cek, apakah ada ayat Alquran yang telah kita baca, kita pahami dan meresap dalam jiwa. Jika belum, berikan perhatian kepada Alquran, niscaya hidupmu akan tenang, nyaman dan tenteram.
Lebih jauh, kita akan menjadi orang yang ingin kebaikan itu juga bisa menjadi milik orang lain. Hal ini karena sifat Alquran seperti cahaya, ia akan menerangi hati manusia yang mau membuka diri.*