Berita buruk, apakah itu? Dalam konteks kekinian itu bisa seperti kekerasan seksual oleh seorang dokter hingga polisi. Kemudian ketidakpastian ekonomi, perilaku amoral penegak hukum, hingga ancaman badai PHK. Semua itu dapat menjadi sebab terjadinya keresahan sosial. Tapi lebih spesifik, itu dapat mengganggu kesehatan mental.
Seperti Psikolog klinis UGM, Pamela Andari Priyudha paparkan, berita buruk yang terus muncul dan dibaca dapat memicu seseorang mengalami ketegangan psikologis. Baik itu kecemasan, stres, bahkan depresi. Kondisi itu bisa membuat orang merasa tak berdaya dan menyerah pada keadaan.
”Ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan apatisme, frustrasi, dan depresi secara kolektif,” kata Pamela, Kamis (10/4/2025), sebagaimana Kompas.id wartakan.
Hadapi dengan Mental Sabar
Secara hakikat itulah dunia. Tak ada kepastian dalam hidup ini. Semua harus berpikir. Tapi berpikir terus bisa “pecah” kepala. Kita membutuhkan juga terhadap dzikir. Mengingat bahwa hidup ini ada dalam genggaman-Nya.
Secara eksplisit, Alquran memberikan solusi untuk kita terhindar dari kerugian. Termasuklah itu tekanan psikologi, ketakutan dan kecemasan. Yakni memperkuat iman. Kemudian satu sama lain saling menasihati tetap istiqomah dalam kebenaran dan kesabaran.
Dalam situasi seperti ini, bangsa Indonesia harus punya cara melindungi gelombang frustasi menghancurkan harapan akan kebaikan masa depan.
Gejolak dunia yang menyebabkan krisis tidak terjadi saat ini saja. Pada masa terdahulu juga pernah ada bahkan dari masa ke masa. Namun, kita akan survive jika punya metode menghadapi situasi sulit ini.
Dalam bahasa Alquran, “Kabar gembira bagi orang yang sabar”. Artinya, jangan kehilangan harapan. Terus lakukan yang terbaik. Kemudian lakukan taqarrub kepada Allah SWT.
Alquran sebagai Obat
Selain itu, perbanyak interaksi dengan Alquran. Interaksi yang berkualitas, yang menghasilkan pemahaman dan energi untuk tak kehilangan daya menghadapi situasi sulit.
Sebab, tekun membaca berita saja itu bukan solusi. Apalagi kalau berita itu buruk (dalam arti menakutkan) bagi kehidupan bersama.
Grow Therapy melakukan survei terhadap 266 orang di Amerika Serikat pada Maret 2025. Hampir semua responden (99,6 persen) mengakui bahwa konsumsi berita buruk terus-menerus telah mengganggu kesehatan mental mereka.
Meskipun informasi itu penting, tetapi mereka justru menjadi khawatir tentang kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi di kemudian hari. Begitu Kompas.id mengutipnya.
Jadi, perbanyak interaksi dengan Alquran. Alquran itu obat: bagi orang yang jiwanya sakit, takut dan tipis harapan. Jika interaksi dengan Alquran baik, maka seseorang akan memiliki kemampuan memfilter berita itu dengan cerdas.
Kata Nabi SAW, orang yang cerdas itu adalah yang fokus beramal untuk kehidupan setelah dunia.
Jadi, jangan bingung. Segera ambil fokus, kuatkan iman dan beramallah dengan sebaik-baiknya. Cepat atau lambat, awan hitam yang menutup sinar mentari akan ada masanya Allah sapu dengan angin-Nya yang kencang dan bergelombang.*