Momen yang indah bagiku adalah saat Allah memudahkan langkahku untuk membeli buku, menemukan ilmu dan menggairahkan kesadaran qalbu. Dan, dari buku karya Robert Frager, “Sufi Psychology” (yang memiliki nama hijrah Syekh Ragip Al-Jerrahi) memberikan ulasan penting perihal mengapa manusia mudah gelisah. Salah satunya karena manusia mudah terkecoh dan menyembah berhala, sehingga mereka tidak mengenal dan tidak pula mengerti, apa itu cinta.
Berhala itu adalah kenikmatan duniawi yang bersifat sementara, seperti ketenaran, uang dan kekuasaan. Lebih buruk lagi orang yang hidupnya menghambakan diri pada cara-cara pencapaiannya. Ia biasanya akan menjadi brutal dan sadis, gila. Tidak punya perikemanusiaan.
Pantas saja kisah para penguasa zalim selalu kehilangan rasa belas kasihan. Karena memang yang ada dalam pikirannya hanya berhala. Sampai-sampai ia lupa kalau dirinya adalah manusia.
Ia menghendaki kebahagiaan tetapi dengan melakukan ketidakadilan kepada orang lain, yang sama dengan dirinya, sebagai manusia.
“Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.” (QS. Al-Qalam: 2).
Dalam arti yang lain, siapa yang ingkar dan memusuhi Alquran, pasti ia terjebak dalam kegilaan yang boleh jadi berasal dari kecintaan membabi buta terhadap berhala.
Baca Juga: Cinta Sejati
Lihatlah kisah Fir’aun, bagaimana bisa ia yang anak manusia menyembelih bayi laki-laki dari Bani Israel. Padahal dia juga laki-laki dan tentu berasal dari bentuk yang sama, pernah menjadi bayi.
Resah
Tetapi, kegilaan karena cinta buta terhadap berhala, tidak saja dialami oleh penguasa, rakyat biasa pun bisa terjerat.
Yaitu mereka yang lebih percaya paranormal, dukun atau ramalan daripada apa yang jadi penjelasan Alquran, perihal bagaimana manusia mengisi kehidupan.
Alquran memberikan rumus jelas. Siapa saja yang berbuat baik, maka kebaikan itu akan kembali pada diri sendiri.
Perhatikanlah setiap orang yang sukses dan barokah hidupnya, pasti menjalani proses panjang dan melelahkan. Tidak mungkin instan.
Oleh karena itu manusia sebenarnya tidak perlu diborgol oleh perasaan resah dalam hatinya. Ia cukup mengisi hari demi hari dengan iman dan amal sholeh.
Kalaupun ada kesulitan, hadapi dan bertahanlah. Bersama kesulitan itu ada kemudahan.
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. ” (Q. S. Al-Insyirah : 5-6).
Ayat itu bukan janji apalagi rayuan. Tetapi petunjuk terang perihal bagaimana hidup bahagia. Karena dunia ini tidak bekerja atas kemampuan kerja rasional manusia. Dunia ini seutuhnya ada dalam genggaman Allah Ta’ala. Jadi, buat apa resah, kalau kita tunduk dan patuh kepada-Nya.
Hidup ini Bukan Untuk Dilupakan
Hidup dunia dan kita semua sebagai manusia, utuh dalam genggaman Allah. Jadi, mari isi hidup ini dengan kebaikan.
Bahwa kebaikan yang kita perjuangkan terlupakan oleh manusia, itu tidak masalah. Karena Allah Yang Maha Pengasih tidak akan pernah melupakan upaya yang berlandaskan niat suci karena-Nya.
JIka hati manusia bisa terenyuh, bahkan bergetar mendengarkan instrumen musik sedih, apa iya hati kita tidak berguncang merasakan betapa Allah Maha Suci, Maha Pengasih kepada kita semua.
Baca Lagi: Jangan Cancel Doamu
Jadi, mari hidup dengan amal terbaik hari ini dari yang bisa kita lakukan. Walaupun sederhana, kalau itu menjadi titik balik kebaikan, maka jangankan Tuhan, manusia pun akan mencatatnya sebagai pelajaran. Karena memang idealnya, kita bisa hidup untuk tidak dilupakan, karena selalu sedih, gelisah dan resah tanpa arah.*