Fitrah hidup manusia itu bergerak. Maka kalimat bergeraklah sebelum yang di tanganmu menggilasmu adalah penting. Namun banyak tidak disadari generasi masa kini. Karena apa yang di tangannya memberikan hiburan dan kesenangan. Tetapi, jika tidak segera sadar dan berbenah, maka boleh jadi apa yang di tangannya justru akan menggilas diri dan kehidupannya.
Diam di tempat memang terkesan nyaman, tak ada yang harus dilakukan, apalagi tantangan dan rintangan. Luar biasa, Islam, yang menganjurkan umatnya hijrah (bergerak). Dengan bergerak kita akan bertemu tantangan dan rintangan. Di sana perintah untuk sabar, sungguh-sungguh dan tawakkal benar-benar harus diamalkan.
Baca Juga: Kepemimpinan Tidak Gratis
Orang yang diam di kampung halaman, akan merasa nyaman. Sedangkan mereka yang melenggang menuju perantauan akan bertemu dengan banyak “masalah.” Namun di sana ia akan menjadi sosok yang lebih “sukes” kedepannya.
Berpikir Maju
Bergerak, bagaimanapun keadaanya akan menjadikan seseorang berpikir maju, sehingga dalam hidupnya akan ada karya atau jejak kebaikan yang bisa dihadirkan.
Ketika seseorang banyak bergerak (baik fisik dan pikiran), banyak melakukan aksi, banyak berbuat, maka insha Allah akan ada kemajuan yang dicapai. Kuncinya sabar dan tawakkal serta penuh kesungguhan (mujahadah).
Dan, bagaimana mungkin kita tidak mau bergerak, sedangkan dunia dengan segenap dinamikanya terus bergerak.
Coba perhatikan, semua yang ada di sekeliling kita berubah. Dahulu tidak ada orang sibuk main hape, sekarang anak-anak pun mainan utamanya handphone. Tidak banyak lagi anak-anak yang mau menarik benang layangan di bawah terik mentari yang menyengat.
Dalam dunia bisnis juga terjadi pergerakan menuju inklusivitas. Hal ini karena teknologi terus berkembang, sehingga banyak automasi dan miniaturisasi bisa dihadirkan.
Dalam buku Marketing 4.0 Bergerak dari Tradisional ke Digital karya Philip Kotler, Hermawan Kertajaya dan Iwan Setiawan disebutkan bahwa inovasi disruptif di seluruh sektor bisnis kini mendatangkan produk yang lebih murah dan sederhana bagi kaum miskin, yang sebelumnya sebagai (kelompok masyarakat) “non-pasar.”
Jangan Rebahan
“Produk dan jasa yang dulunya dianggap ekslusif kini tersedia untuk pasar massal di seluruh dunia. Contohnya seperti mbil Tata Nano seharga $2.000 dan bedah katarak Aravind Eye Care System seharga $16.”
Baca Juga: Jadilah CPNS Sejati
Oleh karena itu, generasi milenial jangan terjebak keadaan, apalagi jargon generasi rebahan. Kalau kita benar-benar hanya rebahan dan tidak bergerak, maka kita akan digilas oleh apa yang di tangan sendiri. Jadi, segera sadar, bangkit, dan bangun barisan yang rapi, masa depan milik orang-orang yang bergerak. Bergerak dengan penuh kesadaran untuk perubahan.
Mas Imam Nawawi
Bogor, 1 Rabiul Akhir 1442