Ramadhan, tanpa terasa telah mendekati garis finish. Ini berarti ruang dan waktu yang menyediakan ampunan, berkah dan kemuliaan semakin sempit dan pada akhirnya berlalu. Tahun depan baru ketemu lagi, semoga Allah kabulkan, sehingga terus dapat mengaribkan keberkahan.
Jika diibaratkan perlombaan, maka sisa waktu yang ada adalah ruang terbaik untuk mengerahkan segenap daya dan upaya.
Baca Juga: Meraih Kejayaan dengan Adab
Sebab 10 hari terakhir Ramadhan inilah puasa seseorang mencapai kualitas terbaiknya, apakah bisa determinatif atau seperti apa.
Di samping itu, 10 hari terakhir Ramadhan adalah mercu dari tarbiyah diri, pucuk dari jihad, klimaks dari mujahadah, yang sudah semestinya meningkat sekuat-kuatnya.
Teladan
Jika mengacu pada teladan Rasulullah SAW tentu saja pilihannya jelas, yakni i’tikaf.
“Adalah Rasulullah ﷺ apabila memasuki 10 terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan tali sarungnya (yakni meningkat amaliah ibadah beliau), menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya.” (HR. Bukhari Mulim).
Itulah yang harus digas dalam sisa hari Ramadhan tahun ini. Jika tak mampu sempurna, sama persis atau mengikuti secara maksimal, setidaknya tidak meninggalkan sama sekali. Seminimalnya, hadirkan niat itu dari sekarang.
Lantas bagaimana kalau tidak berkesempatan untuk i’tikaf? Maka sungguh ruang menjadi insan bertaqwa itu banyak jalan dan ragamnya.
Sedekah
Jika ada amalan lain yang penting dilakukan di akhir-akhir Ramadhan ialah bersedekah. Amalan ini banyak keutamaan dan manfaatnya.
Bahkan, amalan sedekah ini menjadi satu amalan yang ketika orang saling mengingatkan untuk mengamalkannya, itulah perkara terbaik dalam pandangan-Nya.
‘’Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.’’ (QS. An Nisaa [4]: 114).
Jadi, luar biasa orang yang mengisi akhir Ramadhan dengan sedekah. Sekalipun ada adab yang perlu diperhatikan. Di antaranya adalah dalam keadaan diri sehat wal-afiat.
“Sedekah yang paling utama adalah engkau bersedekah ketika dalam keadaan sehat dan bugar, ketika engkau menginginkan kekayaan melimpah dan takut fakir. Maka jangan kau tunda sehingga ketika ruh sampai tenggorokan baru kau katakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Cholidi yang Baik Hati
Sedekah tak harus kaya, dengan apa yang dimiliki, segerakanlah sedekah itu.
“Satu dirham telah mengalahkan seratus ribu dirham.” Para sahabat bertanya,” Bagaimana itu (wahai Rasululullah)? Beliau menjawab, “Ada seseorang yang hanya mempunyai dua dirham lalu dia bersedakah dengan salah satu dari dua dirham itu. Dan ada seseorang yang mendatangi hartanya yang sangat melimpah ruah, lalu mengambil seratus ribu dirham dan bersedekah dengannya.” (HR. An-Nasai).
Semoga Allah jadikan hati kita mudah dan senang untuk bersedekah, sempurnakan Ramadhan dengan hadirkan maslahat dan kebahagiaan bagi sesama.*
Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah