Mas Imam Nawawi

Bercerita
- Artikel

Bercerita Lalu Menginspirasi

Hari ini adalah indah. Setidaknya itu bagiku. Bagaimana tidak, saya bisa bercerita dan saling memberi inspirasi dengan sesama. Kolegaku mengawali perbincangan dengan pertanyaan, apa yang perlu dalam hidup ini? Saya pun menjawab, membaca dan berinteraksi. Membaca saya kira semua orang paham. Minimal membuka lembar demi lembar halaman buku. Tetapi interaksi tidak sebatas pada pertemuan. Saya […]

Hari ini adalah indah. Setidaknya itu bagiku. Bagaimana tidak, saya bisa bercerita dan saling memberi inspirasi dengan sesama. Kolegaku mengawali perbincangan dengan pertanyaan, apa yang perlu dalam hidup ini?

Saya pun menjawab, membaca dan berinteraksi. Membaca saya kira semua orang paham. Minimal membuka lembar demi lembar halaman buku. Tetapi interaksi tidak sebatas pada pertemuan.

Saya memberikan file catatan digital, tentang bagaimana saya “berinteraksi” dengan pemikiran banyak orang melalui podcast di Youtube.

Mendengar Youtube sambil mengerjakan hal lain itu bagus. Tapi lebih kuat hasilnya kalau kita fokus dan mencatat poin pentingnya.

Kolegaku tersenyum, beberapa kali menganggukkan kepala. Melalui sorot matanya sepertinya ia tak mau ketinggalan. Seolah ada penyesalan mengapa selama ini ia tak melakukan hal yang seperti itu.

Kualitas Cerita dari Membaca

Kolegaku melanjutkan pertanyaan. Apakah cukup mendengar cerita?

Kualitas cerita itu penting. Maka kalau mau mendengar cerita yang menginspirasi dengarkan dari orang yang suka membaca.

Perhatikan Kang Maman, ia selalu bisa membuat orang tenang menyimak untaian kalimatnya. Padahal isinya cerita. Tapi cerita dari Kang Maman kualitasnya benar-benar menginspirasi.

Jangankan cerita, sekadar basa-basi, kata dr. Tirta, itu sangat tergantung pada kualitas bacaan seseorang. Semakin baik dalam iqra, yakni membaca, semakin berkelas basa-basinya.

Ia memberikan contoh, ketika dirinya sedang lari, datang seseorang. “Lari juga, dok.” Basa-basi seperti itu tidak relevan. Karena secara langsung bisa disaksikan, dr. Tirta sedang berlari.

Cerita dari Alquran

Manusia memang senang dengan cerita. Alquran pun menyajikan begitu beragam cerita umat terdahulu, nabi dan rasul masa silam. Ini menandakan bahwa cerita itu penting. Karena itu Alquran meminta manusia menggunakan akal pikirannya saat membaca Alquran, termasuk yang ayatnya berisi cerita.

Dalam cerita terselip pesan hikmah, bahkan ketegasan dan kejelasan sebuah ajaran. Melalui cerita manusia terinspirasi lalu menjadi inspirator. Kapan cerita itu memberi warna, saat manusianya mau mengubah pola pikirnya sendiri.

Jadi tekunlah membaca cerita di dalam Alquran. Karena membaca membuat kita bisa memiliki bahan bakar untuk berbagi inspirasi, baik dalam bentuk tulisan, percakapan, atau bahkan sekadar renungan pribadi.

Dengan demikian maka jangan melewati waktu, bertemu teman atau kolega, kecuali membahas cerita-cerita yang menginspirasi. Boleh cerita itu dari tukang bakso, tapi yang jujur hingga bisa naik hati. Tidak masalah cerita itu tentang diri sendiri, tapi orang terinspirasi dan mau meningkatkan kualtias diri. Prinsipnya, dunia ini penuh cerita. Tinggal kita mau memilih yang arahnya kemana.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *