Home Kajian Utama Berbohong Mengapa Dominan?
Berbohong Mengapa Dominan?

Berbohong Mengapa Dominan?

by Imam Nawawi

Tidak lama setelah bebas bersyarat, Habib Rizieq Shihab memberikan pernyataan kepada publik bahwa negeri ini darurat kebohongan. Pertanyaannya mengapa berbohong jadi dominan?

Mari kita lihat secara sederhana saja. Bagi anak-anak berbohong adalah solusi, terlebih kalau ada hal yang harusnya ia tuntaskan namun tidak dikerjakan.

Baca Juga: Menulis Teks Khutbah yang Menarik

Sebagai contoh, ketika anak mendapat tugas dari orangtua mengerjakan sesuatu. Besok orangtua bertanya kepada anaknya. Ternyata sang anak tidak mengerjakan. Maka untuk “menyelamatkan” diri anak akan memilih berbohong. Apalagi kalau orangtua terkenal galak.

Orangtua yang tidak siap mental akan marah dan tidak terkontrol emosinya. Dan, semakin cara itu yang jadi andalan, anak akan semakin merasa perlu berlindung dengan berbohong.

Tidak Fitrah

Berbohong termasuk tindakan yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Oleh karena itu tidak satu pun orang dalam kehidupan ini yang senang kalau ada orang berbohong kepada dirinya. Sekalipun itu kelompok pencuri, penjahat atau koruptor.

Ternyata dalam kejahatan pun, kejujuran sangat penting dan menjadi penentu keberhasilan operasi kebohongan.

Meski demikian, tidak otomatis setiap manusia menyukai orang yang tidak berbohong. Lihat bagaimana bangsa Quraisy memandang Nabi Muhammad SAW kala mendakwahkan Islam.

Sekalipun mereka tahu bahwa putra Abdullah itu adalah orang yang jujur, bahkan sekali pun tak pernah berbohong, dalam hal menerima kebenaran dakwah Islam, ternyata banyak yang tidak menyukai.

Hal itu karena fitrah masyarakat kebanyakan kala itu telah tertutupi oleh beragam pretensi diri yang sifatnya pragmatis dan duniawiah.

Bukan Senjata

Berbohong bukanlah senjata justru itu adalah pemusnah. Dr. Raymond Peach berkata “Berbohong adalah senjata pertahanan terbaik bagi orang lemah dan cara tercepat untuk menghindari bahaya.” (Lihat buku “Manisnya Kopi Asin: Menata Diri untuk Sukses-Bahagia” karya Irwan Kurniawan).

Dalam kata yang lain kebohongan hanya akan jadi pilihan hidup manusi ayang kerdil dan tidak punya kekuatan visi hidup sama sekali.

Sekali seseorang melakukan kebohongan maka setelah itu ia harus menyusun kebohongan berikutnya. Namun sayang, sifat akal dan hati manusia, senangnya pada kebenaran bukan kebohongan.

Oleh karena itu tidak satu pun kebohongan yang tidak terungkap pada masanya. Jadi, berbohong dan kebohongan adalah tindakan yang pasti akan terbongkar. Sejarah selalu setia memberikan pelajaran akan hal itu.

Pesan Nabi SAW

Pesan Nabi SAW tentang kejujuran jelas dan tegas.

“Kalian harus jujur, karena kejujuran membawa pada kebenaran dan kebenaran mengantar ke surga.

Seseorang akan terus berkata benar dan berusaha untuk berkata benar sampai ia dicatat di sisi Allah SWT sebagai shiddiq (orang yang selalu berkata benar).

Baca Lagi: Kaum Muda adalah Solusi

Berhati-hatilah terhadap kebohongan, karena kebohongan membawa pada kebejatan moral dan kebejatan moral mengantar ke neraka. Seseorang akan terus berbohong dan berusaha untuk berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah SWT sebagai pembohong.” (HR. Muslim).*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment