Malam Ahad atau malam Minggu kata orang malam yang panjang, asyik buat bincang-bincang. Nah, kesempatan itu pun saya dapatkan kemarin (9/10), kala dua Ketua Umum Organisasi Kepemudaan datang silaturrahim ke rumah, yang ternyata terjadi aktivitas berbagi kebaikan dengan ide dan gagasan.
Baca Juga: Hidup dengan Bahasa Aqidah
Dua Ketua Umum itu adalah Ketua Umum Pemuda PUI, Bang Kana Kurniawan, sebentar lagi akan wisuda doktor di UIN Jakarta. Kedua adalah Ketua Umum Pemuda Ittihadiyah, Bang Hasbi dari Sukabumi.
Keduanya datang ke tempat saya malam hari setelah siang hingga sorenya kumpul bersama dengan seorang politisi di bilangan Jakarta Pusat.
Ngalor Ngidul Nyundul
Pertemuan ini sifatnya dadakan dan memang untuk saling sapa, silaturrahim dengan membincangkan hal-hal ringan.
Jadi, mirip dengan perbincangan pada umunya, ngalor ngidul dulu, baru akhirnya nyundul alias ada program yang disepakati untuk ditindaklanjuti.
Satu di antara yang ingin ditindaklanjuti adalah gerakan pencerahan untuk kaum muda melalui diskusi-diskusi terbatas dengan tokoh namun diusahakan bisa live di ruang-ruang virtual seperti zoom dan youtube.
Satu di antaranya ialah gagasan untuk menggelar diskusi tentang pemuda dan peradaban di momentum hari pahlawan.
Pemuda PUI akan hadirkan Kang Aher, alias Ahmad Heryawan mantan Gubernur Jawa Barat kemudian Pemuda Ittihadiyah akan hadirkan pakar dari lembaganya dan Pemuda Hidayatullah insha Allah akan datangkan Ketua Umum DPP Hidayatullah, KH. DR. Nashirul Haq, Lc.,MA.
Dan, menariknya, perbincangan malam itu harus dengan sedikit berteriak karena memang sedang ada tetangga hajatan dengan volume sound system yang benar-benar menutup suara lain.
Sungguh luar biasa, perbincangan yang tak hanya tentang berbagi kebaikan melalui ide dan gagasan, tetapi juga dilakukan dengan penuh kesungguhan, setengah berteriak setiap kali ingin mengucapkan kalimat-kalimat candaan dan gagasan.
Berkelanjutan
Namun, ide dan gagasan yang dibagikan, akan menjadi kekuatan nyata jika benar-benar ditindaklanjuti secara bekelanjutan.
Dan, di sini memang tantangan angar gerakan kepemudaan Islam di Indonesia.
Karena pertama jarang ketemu. Sebab masing-masing ketua umum punya seabreg kegiatan yang tak melulu soal kegiatan, tetapi juga urusan profesional.
Kedua belum ada kesepakatan narasi yang dikomitmenkan. Ketiga, belum saling paham yang ditandai dengan belum adanya pembagian tugas dan ruang kerja yang jelas dan saling dipahami.
Di sinilah komunikasi dan silaturrahim berkelanjutan penting diupayakan. Sebab gerakan kepemudaan tidak sama dengan pencitraan yang hanya main di ruang-ruang popularitas.
Ketika kaum muda masuk ruang popularitas maka ia seperti fenomena kembang api, mengejutkan, menarik, namun mudah untuk dilupakan dan ditinggalkan.
Kaum muda Islam tidak boleh seperti itu. Dengan demikian penting sekali kaum muda Muslim terus gelar kegiatan berbagi kebaikan, di antaranya melalui ide dan gagasan yang bisa ditindaklanjuti dalam ruang nyata dan maya kemudian perlahan-lahan disusun jadi kekuatan.
Baca Juga: Malas Mikir?
Kekuatan yang menyadarkan, mencerdaskan dan menggerakkan.
Kapan itu? Tentu saja kalau silaturrahim terus digalakkan dengan target diskusi yang nyundul lalu menjadi penguat sinergi yang berkelanjutan.
Kamu muda Muslim harus mampu bergerak secara sustainability dengan target social impact yang jelas, sehingga dapat melahirkan satu perubahan dan kecerdasan bagi umat. Semoga Allah tunjukkan jalan.*