Home Kisah Belum Berkontribusi Belum Maksimal, Lantas?
Belum Berkontribusi Belum Maksimal, Lantas?

Belum Berkontribusi Belum Maksimal, Lantas?

by Imam Nawawi

Suatu waktu dua orang mendatangiku. Kata-katanya tidak banyak. Satu mengatakan, “Saya belum berkontribusi.” Satu lagi mengucapkan, “Saya belum maksimal.” Lantas?

Fakta itu menggelitik saya untuk menguraikan dalam satu bahasan tertulis, bahwa dua kalimat itu adalah bentuk kesadaran.

Bisa kesadaran dirinya belum produktif atau bentuk pemahaman diri belum mampu mengelola waktu dengan baik.

Kalaulah itu karena belum mampu mengelola waktu dengan baik, kita bisa ambil sudut pandang perihal kemalasan. Karena wujud orang malas ia tidak tuntas dalam menjalankan tugas.

Baca Juga: Ini Sebab Indonesia Masih Sulit Miliki Pemimpin Hebat

Nah, dalam hal ini maka kita perlu menemukan jawaban dari “How to overcome laziness.”

Evaluasi

Terkadang orang yang belum menuntaskan tugas, bukan karena benar-benar malas. Tetapi kurang membaca dan terlalu ingin hasil kerjanya sempurna.

Sementara di dalam kepala masih terjadi pertarungan, lakukan tidak, kerjakan tidak, akhirnya waktu mepet dan melewati batas, kita baru sadar. “Oh…saya belum maksimal lagi.”

Mengatasi hal itu maka perbanyak membaca. Bukan membaca buku belaka. Akan tetapi membaca yang membuat diri sadar tentang keadaan, tantangan, kekurangan, peluang, sekaligus apakah ia mampu dan kapan melakukan tindakan nyata.

Kemudian, belajarlah menghargai proses. Kalau merasa belum bagus yang telah diupayakan, tidak masalah. Hargai proses, karena sebuah pisau yang kita harapkan tajam dengan diasah, tetap butuh gerakan yang tidak sekali atau sepuluh kali. Butuh berulang kali.

Selanjutnya, mulailah dari yang mudah. Jadi, harus ada daftar urusan, kegiatan atau pekerjaan yang kita tetapkan. Lalu ambil yang paling mudah untuk segera dituntaskan.

Komunitas

Melawan kemalasan dalam diri tidak bisa hanya dengan kekuatan diri belaka. Kita butuh bantuan orang lain. Oleh karena itu bentuklah komunitas.

Betapa pentingnya komunitas cinta ilmu, Prof Hamid Fahmy Zarkasyi membuat lembaga studi bernama INSISTS. Karena ilmu pengetahuan bermula dan berkembang dengan adanya komunitas (miliu).

Dalam nasihat orang terdahulu bahasanya simpel. “Bergaullah dengan orang yang memiliki tujuan hidup.” Ada juga bahasanya,”Berkumpullah dengan orang-orang yang sholeh.”

Baca Lagi: Akhlak, Keadilan dan Ekonomi

Semua itu menunjukkan bahwa kita harus berteman, berkomunitas. Dan, saat itu ada, kita harus menjaga, merawat dan menguatkan. Karena adanya komunitas itu kita bisa saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Artinya kita bisa memanifestasikan nilai-nilai Alquran.

Jadi, masih mau tidak maksimal dan tidak berkontribusi dalam kebaikan?*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment