Saat berbagi inspirasi dengan peserta Rakernas Pemuda Hidayatullah di Jakarta (28-7-23) saya mengeluarkan istilah belanja tantangan. Dan, itu memang harus.
Belanja tantangan satu istilah yang saya serap dari kisah-kisah hidup para inspirator dalam perjuangan dan kebaikan, bahkan kemaslahatan.
Bahwa tidak satupun orang yang menjadi inspirasi kehidupan manusia dari generasi ke generasi, melainkan mereka adalah orang-orang yang kerap bertemu tantangan, rintangan, namun mereka tidak mundur ke belakang. Maju Terus!
Baca Juga: Menjawab Tantangan Pemikiran
Dalam kata yang lain, jika masa muda kita ingin menjadi bagian penting tegaknya masa depan yang lebih baik, bahkan bisa menginspirasi generasi mendatang, semua tantangan dan rintangan yang ada dalam kehidupan masa muda, semua harus kita beli.
Hukum Alquran
Pertanyaannya kemudian mengapa harus membeli tantangan itu? Pakai apa bayarnya?
Pakai iman yang kita bangun dari hukum-hukum dasar yang telah Alquran jabarkan.
Ketika seseorang bertemu tantangan, taruhlah seorang mahasiswa, ia terkendala biaya, sedangkan ia telah mendaftar di kampus bagus dan telah mendapatkan surat selamat, lulus ujian.
Apakah kemudian ketiadaan biaya itu membuat ia pasrah atau ia berusaha dengan kemampuan yang ada untuk mencari jalan yang mungkin ia tempuh, mana yang jadi pilihan tergantung pada kekuatan iman.
Jika ia maju, terus berusaha, mencari jalan, walaupun rasio dalam dirinya mengatakan sudah tidak mungkin, namun tetap ikhtiar, lengkap dengan doa, masih ada kemungkinan Allah membuka jalan.
Akan tetapi kalau berhenti, pasrah, semua tampaknya tidak akan jalan terbuka, maka saat itu juga ia tidak mau belanja tantangan. Dan, karena itu, ia akan kehilangan kesempatan mendapat “keajaiban-keajaiban” dalam hidupnya.
Imam Syafi’i belajar dalam kondisi miskin. Ia tak berhenti dan menyerah. Ada pelepah daun kurma, itulah jadi bukunya. Tulang-belulang hewan, kulit binatang, semua ia jadikan media mencatat ilmu yang ia terima.
Tak boleh ada kata menyerah, beli semua tantangan, bayar dengan kekuatan iman.
Apa Untungnya Lari dari Tantangan?
Jika Anda masih muda, kemudian menjauh dari kesulitan, tantangan dan beban yang melatih tanggung jawab, yang membentuk karakter kuat dalam diri, maka dengan apa Anda akan mendapat keuntungan?
Baca Lagi: Mulia dengan Prestasi Bukan Gengsi
Sebuah ungkapan menyatakan, bahwa orang yang lari dari tantangan adalah seperti pelaut yang menghindari laut.
Atau seperti murid yang lari dari pelajaran. Juga sama seperti seorang suami yang lari dari keharusan aktif bekerja, beribadah, mencari nafkah bagi keluarga. Apa keuntungannya?
Tantangan dalam hidup adalah pelajaran penting, utama dan sangat berharga.
Menghadapi tantangan memudahkan kita melihat kemampuan diri, yang akan memberi kita kekuatan, keberanian, dan kebijaksanaan yang tak bisa ditemukan di jalur yang mudah dan nyaman.
Dengan demikian, lihat ke dalam dan tatap masa depan. Siapkan imanmu, karena hanya iman yang bisa membuatmu bisa belanja alias mampu membeli segala macam tantangan.
Itulah keyakinan para Nabi dan Rasul dan ulama-ulama terdahulu. Warisilah!*