Home Hikmah Belajar dari Bayang-bayang
Belajar dari bayang-bayang

Belajar dari Bayang-bayang

by Imam Nawawi

Ide untuk menulis tema belajar dari bayang-bayang, muncul saat pagi hari saya sampai di pelabuhan Merak. Saat itu beberapa orang terlihat mondar-mandir menunggu kedatangan kapal penyeberangan.

Karena matahari yang terik dan cerah menjadikan pagi itu siapapun yang terpapar sinar matahari menampilkan bayangan yang lebih panjang dari ukuran dirinya sendiri.

Sepintas melihat bayangan manusia yang lebih panjang daripada badannya itulah saya kemudian berpikir tentang mengapa Tuhan melalui cahaya menghadirkan bayang-bayang.

Secara teori mungkin masing-masing kita mengerti dan telah membaca mengapa bayang-bayang itu bisa lebih panjang daripada tubuh manusia.

Baca Juga: Qatar Bagus atau Jelek?

Akan tetapi dari sisi makna saya melihat mungkin bayang-bayang itu adalah ilustrasi tentang angan-angan manusia dalam kehidupan ini. Ada manusia yang berangan-angan seperti posisi matahari pada pagi dan sore hari.

Jelas angan-angannya akan sangat panjang dan tentu saja karena dia pagi dan sore tidak lama lagi dia akan digilas oleh realitas.

Tetapi kalau manusia punya angan-angan seperti posisi matahari pada saat jam 12.00 siang maka boleh jadi angan-angan yang akan lebih pendek daripada ukuran tubuhnya sendiri.

Hal ini karena memang matahari yang jauh tetapi berada tepat di atas kepala akan membuat bayangan tentang diri kita hanya menampilkan kepala itu sendiri dan tertutup oleh badan kita yang paling bawah.

Jadi dari bayang-bayang kita tahu bahwa semua yang ada di dalam kehidupan dunia, bahkan bayang-bayang kita sendiri pun akan sirna seiring dengan pergerakan waktu dan waktu diiringi oleh terik terang dan teduhnya cahaya matahari.

Angan-angan

Namun kalau kita perhatikan lebih jauh dalam Islam, bayang-bayang dengan angan-angan adalah sangat berbeda.

Sekali orang termakan angan-angan ia berarti masuk dalam kubangan bahaya. Hal itu sebagaimana Rasulullah jelaskan kepada kita semua.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merangkul bahuku lalu bersabda: ‘Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau orang yang mampir di tengah perjalanannya’.

Lalu Ibnu Umar mengatakan: ‘Jika engkau ada di sore hari, maka jangan menunggu hingga pagi, jika engkau berada di pagi hari, maka jangan menunggu hingga sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, manfaatkan waktu hidupmu sebelum matimu’” (HR. al-Bukhari).

Orang yang termakan angan-angan biasanya akan berpikir instan. Dia akan memilih untuk bagaimana mendapatkan keuntungan cepat.

Tetapi keberhasilan ataupun keberuntungan yang dilandasi angan-angan ia akan cepat datang. Namun juga cepat pergi sebagaimana bayang-bayang manusia pada sore dan pagi hari.

Lebih jauh angan-angan menjadi sangat berbahaya karena dia akan memudahkan seseorang untuk berpikir secara pragmatis. Akibatnya ia akan menjadi orang yang memandang kezaliman sebagai sebuah keniscayaan untuk mencapai jalan yang dia inginkan.

Dan, kisah manusia yang termakan angan-angan adalah kebinasaan. Itulah Firaun yang berangan-angan ingin mengungguli Tuhan Nabi Musa. Padahal kalau dia sadar bangun pagi hari perut lapar dia butuh makanan. Sudah jelas dirinya bukanlah siapa-siapa apalagi Tuhan.

Cerdas

Oleh karena itu manusia yang cerdas dalam ajaran Islam bukanlah seperti manusia dalam pandangan Barat.

Dalam pandangan hidup barat Orang cerdas adalah yang bisa mencapai kesejahteraan dan kesenangan. Namun dalam pandangan hidup Islam orang yang cerdas adalah yang menyiapkan dirinya untuk bertemu Tuhan dengan persiapan yang maksimal yang mampu ia lakukan.

Bedanya adalah orang cerdas dalam Islam ia tahu bahwa setelah dunia ada kehidupan abadi. Sedangkan orang yang tidak beragama Islam ia memandang bahwa tidak ada kehidupan setelah kehidupan dunia ini.

Baca Lagi: Terus Alirkan Kebaikan untuk Cianjur

Dua pandangan hidup tersebut tentu saja ber konsekuensi terhadap bagaimana orang berpikir bertindak dan ber-pergaulan.

Pendek kata kita harus selalu sadar bahwa sebagai manusia kita adalah makhluk Tuhan. Dan karena kita adalah makhluk Tuhan maka jangan tertipu oleh apapun dalam kehidupan dunia ini apalagi sekedar oleh bayang-bayang.*

Mas Imam Nawawi

 

 

Related Posts

Leave a Comment